Aeromonas hydrophila

Spring Viraemia of Carp Virus (SVCV)

Nama lain
Swim bladder inflammation (SBI), Infectious
dropsy of carp (IDC), rubella, infectious ascites, haemorrhagic septicaemia,
red contagious disease [2,6], rhabdovirus infection [7]


Etiologi/ penyebab
Rhabdovirus carpio[1], RNA virus [8], virus memiliki lebar 60-90nm
dan panjang 80-180nm, berbentuk seperti peluru dengan spikula di permukaannya
[6]


Hospes
Cyprinid, ikan mas, grass carp (Ctenopharyngodon idella), ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix), bighead carp (Aristichthys nobilis) crucian carp (Carassius carassius), mas koki (C.
auratus
), tench (Tinca tinca) dan
sheatfish (Siluris glanis) [1], koi,
udang penaeid, pike [2]. Secara eksperimen dapat menginfeksi golden shiners,
grass carp, guppies, pike, pumpkinseeds, roach, zebra danios, dan laalt buah
[2]



Stadium rentan 
Benih [4], In aquaculture, ikan
karper berusia 9–12 dan 21–24 bulan kerap terinfeksi [4].


Epizootiologi:

Penyakit ini pertama
kali ditemukan oleh Fijan et al (1977) pada ikan karper yang disebut acute
infectious dropsy of carp
. Penyebaran penyakit ini sangat terbatas pada
negara-negara benua Eropa yang memiliki suhu rendah pada musim dingin. Namun
pernah terjadi juga laporan penyakit SVCV di Amerika dan Inggris [1]. Timur
tengah dan Cina juga dilaporkan pernah mengisolasi virus ini, meskipun dalam
bentuk laporan yang tidak lengkap [2]. Disamping pada musim dingin, SVCV dapat
menyerang pada musim gugur, jika suhu lingkungan mendukung [2]. Outbreak SVCV
kerap terjadi pada suhu 10-17oC. Pada benih, infeksi dapat terjadi pada suhu
diatas 23, namun tidak pada ikan dewasa [3]. Sumber penularan penyakit ini
adalah ikan yang terinfeksi dan virus yang bebas melalui feses, cairan
reproduksi, mungkin insang dan kulit [1]. Argulus, lintah Piscicola, nematode Philometra geomtra mungkin dapat menjadi
vector mekanik SVCV [2,8]. Virus juga dapat menyebar melalui kontaminasi
peralatan dan burung predator. Masa inkubasi virus 6 hingga 60 hari. Mortalitas
dari penyakit SVCV dapat mencapai 30-70%. Ikan yang sembuh dari infeksi SVCV
masih berpotensi menyebarkan virus pada ikan lainnya [3]


Faktor pendukung

Infeksi lebih sering terjadi pada suhu rendah (15-17oC) dan ketika sistem
imun hospes kurang aktif [2]


Gejala Klinis

Gejala klinis sering
disamarkan dengan infeksi bacterial, tidak spesifik, dan tidak semua gejala
terlihat. Ikan biasanya mengalami letargi, pembesaran abdomen, hemoragi petekie
pada insang dan kulit serta sekitar mata, kulit menghitam, edema pada bagian
ventral dan terdapat feses mucoid, eksopthalmia. Pembesaran abdomen dan
hemoragi merupakan gejala yang paling terlihat dan kerap mucul pada penyakit
SVCV [1,5]. Ikan berenang berkelompok mendekati tepi atau dasar kolam [3],
terkadang berenang pelan dan tidak terarah, kehilangan keseimbangan [5], atau
berenang satu sisi [7]. Infeksi sekunder bersama Aeromonas hydrophila  kerap
dijumpai [7].


Gb. Hemoragi petekie pada gelembung renang European Carp yang terinfeksi SVCV
(picture credit to Dr D Alderman)


Perubahan patologi

Ikan mengalami ascites
dengan hemoragi fokal pada gelembung renang dan organ dalam lainnya. Gelembung
renang mengalami peradangan. Epitel selapis menjadi berlapis disertai dilatasi
dan peradangan pembuluh darah submucosa. Pada pengamatan mikroskopis ikan
mengalami perivasculitis dan edema pembuluh darah pada hati, dan nekrosis fokal
hati serta mengalami hyperemia. Nekrosis multifocal teramati pada pancreas
disertai periglandular oedema dan infiltrasi leukosit [1,3,4,5]. Ginjal dan
limpa mengalami edema. Terdapat enteritis hemoragika [2]. Epitel usus mengalami
sloughing dengan vili yang atrofi. Pada jantung teramati peradangan otot dan
melanjut menjadi nekrosis [4]. Badan inklusi eosinofilik teramati pada sel
glial otak. Insang mengalami hyperplasia dan fusi serta nekrosis difus [5].


Gb. Gambaran ikan mas yang terinfeksi SVCV dimana terdapat pembengkakan abdomen, hemoragi yang meluas pada permukaan tubuh, dan penonjolan mata (picture credit to Dixon dan Stone, 2017)


Patogenesis

Multiplikasi SVCV pada
kapiler endotel, termasuk pada jaringan ginjal ekskretori dan hematopoietik menyebabkan ketidakseimbangan air-garam, hal ini bersifat fatal [6].


Metode Diagnosa

Mortalitas pada tokolan
dan ikan dewasa aibat SVCV dapat diduga bila terjadi pada suhu dibawah 18-20oC
seperti pada musim  semi dan awal musim
panas, namun lebih sering pada musim dingin dan gugur. Gejala klinis meliputi
perilaku dan perubahan eksternal dapat menjadi panduan. Pada stadium awal
infeksi, ikan berkumpul ditepi kolam dan fasi akhir berenang satu sisi dengan
lambat [6].Diagnosa konfirmatori SVCV dapat dilakukan dengan kultur sel (FHM,
EPC, atau BF2-cell lines) dilanjutkan deteksi imunologi menggunakan virus
neutralization, immunofluorescence atau ELISA [1]. Metode RT PCR dapat menjadi
metode konfirmatori dari cell culture [2].


Diagnosa banding

Gambaran klinis SVCV sebelumnya disebut sebagai Infectious dropsy of carp
(IDC). Definisi IDC sendiri saat ini terbagi menjadi dua. Bentuk akut atau
ascetic mencakup penyakit SVC. Sedangkan kondisi IDC kronis berkaitan dengan
carp erythrodermatitis akibat Aeromonas
salmonicida.
Penyakit lain yang juga termasuk ke dalam IDC adalah Swim-bladder
inflammation (SBI), infeksi Pseudomonas
fluorescens
, motile aeromonas septicaemia, dan beberapa kasus columnaris
disease dengan lesi kulit [6]


Pencegahan dan Pengendalian

Pengendalian yang telah dilakukan yang dengan surveilans yang
diiringi eradikasi pada wilayah terpapar di Eropa [1]. Sebagai pencegahan,
benih sebaiknya bebas SVCV, karantina ikan pada suhu 10-17oC sebelum dimasukkan
ke dalam kolam, penggunaan air bebas virus, disinfeksi telur, kolam, dan
peralatan.

Vaksin telah dikembangkan namun tidak untuk penggunaan komersial
[1]. Virus ini dapat diinaktivasi dengan klorin 500ppm selama 10 menit, iodin
100ppm selama 10 menit, pemanasan 60oC selama 15 menit, gliserol, ozon,
dietilpoliarbonat, pH dibawah 4/ diatas 10, formalin 3% semala 5 menit, NaOH 2%
selama 10 menit, benzalconiumcloride 100mg/L selama 20 menit, alkyltoluene
350mg/L selama 20 menit, chlorhexidine gluconate 100mg/L selama 20 menit, gamma
iradiasi 103krads selama 10menit, radiasi UV 254nm selama 10 menit [4].
Methisoprinol secara in vitro dapat menghambat replikasi SVCV secara in vitro
namun belum diujikan langsung terhadap ikan [5].



Referensi

  1. Rodger, H.D. 2010. Fish Disease Manual. Marine Institute and the
    Marine Research Sub-Programme of the National Development Plan
  2. Goodwin, A.E. dan
    Winton, J.R. 2.2.9 Spring Viremia of Carp. UFS-WS
  3. Lio-Po, G. D., &
    Goodwin, A. E. (2007). Spring viremia of carp: SVC. Tigbauan, Iloilo,
    Philippines: SEAFDEC Aquaculture Department.
  4. Roberts, R.J (Ed). Fish
    Pathology 4th Ed.
    Wiley-Blackwell: UK
  5. Dixon, P. dan Stone, D.
    7. Spring Viraemia of Carp dalam Woo, P.T.K. dan Cipriano, C (Ed). 2017. Fish
    Viruses and Bacteria Pathobiology and Protection. CABI
  6. Sano, M., T. Nakai, N.
    Fijan. 5. Viral Disease and Agents of Warmwater Fish. Dalam Woo., P.T.K. dan
    Bruno, D.W. (ed). 2011. Fish Diseases and Disorders, Volume 3: Viral, Bacterial
    and Fungal Infections, 2nd Edition. CABI
  7. Noga,
    E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell
    Publishing
  8. Raidal, S., Garry Cross, Stan
    Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004.
    Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print:
    Australia

Most Popular

To Top