gejala klinis

Morbilivirus pada cetacean

Nama lain
Cetacean morbillivirus {CMV/ CeMV}. Sebelumnya terdapat istilah
Porpoise dan dolphin morbillivirus (PMV dan DMV). Akan tetapi karena keduanya
memiliki kemiripan secara antigenic dan genetic, kemudian disebut dengan
cetacean morbillivirus (CMV) [3].


Etiologi/ penyebab
Morbillivirus, family paramyxovirus (termasuk canine dan phocine
distemper serta measles virus), three single – stranded RNA. Morbilivirus
cetacean baik PMV (phocine morbillivirus) maupun DMV (dolphin morbillivirus) lebih
dekat kekeluargaannya dengan rinderpest dan peste des petits [2] atau ruminant
morbillivirus [3]. Sekuensing PMV dan DMV menunjukkan bahwa terdapat 18,3%
perbedaan dan kini keduanya dalam kelompok terpisah pada genus morbillivirus. Satu
lain strain yang juga masuk kelompok cetacean morbillivirus adalah Pilot Waleh
Morbilivirus (PWMV) [4].



Hospes 
Cetacean (dolphin, porpoise, whales) [2], striped dolphin Stenella coreuelba [1], lumba-lumba
hidung botol (Tursiop truncatus), common
dolphins (Delphinus delphis), fin
whales (Balaenoptera physalus), false
killer whales (Pseudorca crassidens),
inshore bottlenose dolphin (Tursiop
aduncus),
paus kepala melon (Peponocephala
electra),
paus pilot (Globicephala
melas),
lumba-lumba fraser’s (Lagenodelphis
hosei)
[2]



Stadium rentan 




Epizootiologi:

Virus ini tersebar luas
di dunia dan endemic pada beberapa jenis cetacean termasuk lumba-lumba Fraser’s
dan paus pilot. Morbilivirus mudah menular pada populasi atau pada individu
dengan imunitas rendah. Paus pilot diperkirakan sebagai reservoir infeksi virus
ini bagi spesies lainnya. Penularan virus ini terjadi via udara (aerosol)[2],
namun penularan dari ibu ke anak juga pernah dilaporkan [4]. Mortalitas dapat
terjadi secara massif saat enzootic. DIbandingkan kejadian enzootic atau
epizootic, CMV lebih cenderung memiliki dampak jangka panjang [3].


Faktor pendukung


Gejala Klinis

Cetacean terlihat sangat
kurus [1], terkadang dijumpai banyak infestasi ektoparasit [5], muncul gejala nurologis
dan gangguan pernafasan. Pada mucosa buccal terdapat erosi. Di luar itu, gejala
yang terkadang muncul adalah tachycardia, fasciculasi otot, vokalisasi buruk,
ritme pernafasan abdnormal. Paru-paru gagal mengembang [2]. Pada pinnipeds,
gejala klinisnya mirip dengan canine distemper pada anjing, seperti demam,
terdapat leleran oculonasal mukopurulen atau serosa, konjunctivitis, keratitis,
kesulitan bernafas, diare, dan abortus [5].


Perubahan patologi

Prinsip patologi dari
infeksi morbillivirus cetacean adalah serupa dengan distemper pada karnivora
terrestrial, singa laut Baikal, phocine distemper virus pada harbor seals, dan
infeksi morbillivirus harbor porpoise. Cetacean mengalami pneumonia. Pada organ
paru-paru mengalami nekrosis bronchial dan epitel bronchiolar disertai dengan
infiltrasi makrofag, limfosit, nutrofil dan multinuklearr syncytia pada
alveolus (Pneumonia bronchointerstitial non suppuratif). Badan inklusi
intrasitoplasmik intranuklear eosinofili teramati pada bronchus dan epitel
bronchiolus serta syncytia. Organ internal mengalami edema. Cairan
serosanguinous teramati pada pleura dan rongga peritoneum [1,2,4]. Pada otak
terdapat degenerasi difus, nekrosis neuron, mikrogliosis, perivascular cuffing,
bentukan syncytia, dan demyelinasi fokal. Enchepalitis yang terjadi non
suppuratif [1,2]. Badan inklusi serupa teramati pada neuron dan sel glial.
Syncytia teramati juga pada limpa dan nodus limfaticus disertai nekrosis dan
deplesi limfoid[1]. Bentuk syncytia tipe “Warhin-Finkeldey” ini patognomonik
untuk infeksi CMV pada cetacean [2]. Perubahan pada hati tidak spesifik namun
dijumpai vakuolasi eosinofilik. Vakuola mengandung lisosom dengan lipid dan
material proteinaceous yang normal terjadi pada kasus hipoksia atau infeksi
virus [1].
                Perubahan di atas teramati pada stadium akut. Pada
stadium subakut, individu yang berhasil bertahan boleh jadi mati akibat infeksi
pathogen oportunis (toxoplasmosis, herpesvirus, bakteri Photobacterium damselae, dan jamur) sebagai dampak adanya
imunosupresi. Lesi stadium akut tidak lagi teramati atau terdapat respon
peradanga yang tak jelas akibat pathogen oportunis, demyelinating
meningoenchephalitis non supuratif. Kolonisasi jamur  pada otak juga umum ditemui [4]. Stadium
kronis sistemik dapat terjadi bila hewan mampu bertahan dari stadium akut dan
subakut. Kematian terjadi akibat imunosupresi atau komplikasi infeksi otak.
Tidak ada lesi atau sedikit sekali lesi yang dapat teramati akibat CMV. Namun
virus dapat terdeteksi dengan IHC. Stadium kronis encephalitis terjadi setelah
stadium sistemik berlalu. Lesinya terlokalisasi pada otak. Berlawanan denngan
stadium subakut cerebral CMV, badan inklusi jarang  bahkan syncytia tidak teramati [4].




Gb. Histopatologi Morbilivirus pada cetacean
 (pict credit to Stephens et al., 2014)

Patogenesis

Studi menggunakan Canine
Distemper Virus (CDV) menunjukkan bahwa paparan aerosol virus diikuti dengan
replikasi virus pada jaringan limfoid kemudian menyebar secara sistemik melalui
limfosit yang terinfeksi [1].


Patologi klinik

Pada pemeriksaan darah
dijumpai leukopenia dengan limfopenia [2]


Diagnosa banding

Sebaran lesi pada
striped dolphin serupa dengan distemper pada singa laut, harbor porpoise, dan
mamalia terrestrial [1]. Diagnosa banding lainnya adalah toxoplasmosis,
leptospirosis, brucellosis [2]. Phocine Distemper Virus (PDV) menimbulkan pneumonia
bronchointerstitial, PhHV-1 menyebabkan pneumonia interstitial, dan influenza
menimbulkan pneumonia bronchial [5].


Metode Diagnosa

Infeksi morbillivirus patut diduga bila terjadi cetacean terdampar (hidup
ataupun mati) dan/dengan gejala neurologis [2]. Diagnosa secara serologi dapat
membantu. Diagnosa definitive membutuhkan metode isolasi virus, deteksi DNA
virus, dan deteksi antigen virus dengan metode IHC [2]. Metode PCR dapat
menggunakan jaringan yang telah difiksasi maupun segar. Metode ELISAA juga
tersedia untuk homogenate jaringan. Isolasi virus pada sel ginjal primer
ataupun sekunder bisa saja sulit kecuali jika karkas masih dalam kondisi segar
[5].


Pencegahan dan
Pengendalian

Tidak
ada. Pada mamalia di kebun binatang atau taman laut harus dikarantina untuk
dilakukan rehabilitasi [2]. Terapi secara suportif dapat dilakukan tapi
kematian tidak dapat ditekan pada populasi yang rentan. Vaksinasi pernah
dikembangkan dengan memodifikasi dari canine distemper. Namun demikian hal ini
masih kontroversi dans sulit diterapkan [5].



Referensi

  1. Duignan, P.J., J.R. Geraci, J.A Raga, N. Calzada. 1992. Pathology of
    Morbillivirus Infection in Striped Dolphins (Stenella coeruleoalba) from
    Valencia and Murcia, Spain. Can J Vet Res 56: 242-248
  2. WHA. 2013. WHA Fact sheet: Cetacean morbilliviruses in Australian whales
    and dolphins
  3. Bressem, MF.V., K.V Waerebeek., J.A. Raga. 1999. A review of virus
    infections of cetaceans and the potential impact of morbilliviruses, poxviruses
    and papillomaviruses on host population dynamics. Disease of Aquatic Organisms
    38:53-65
  4. Van Bressem, M.F., P.J. Duignan., A. Banyard., M. Barbieri., K.M.
    Colegrove., S. De Guise., G. Di Guardo, A. Dobson, M. Domingo, D. Fauquier., A.
    Fernandez., T. Goldstein., B. Grenfell., K.R. Groch., F. Gulland., B.A.
    Jensen., P.D. Jepson., A. Hall., T. Kuiken., S. Mazzariol., S.E. Morris, O.
    Nielsen, J.A. Raga, T.K. Rowles., J. Saliki, E. Sierra, N. Stephens, B. Stone.,
    I. Tomo., J. Wang., T. Waltzek., J.F. Wellehan. 2014. Cetacean Morbillivirus:
    Current Knowledge and Future Directions. Viruses 6:5145-5181;
    doi:10.3390/v6125145
  5. Kennedy-Stoskopf, S. 2001. 15: Viral Diseases. Dalam Dierauf, L.A. dan
    Gulland, F.M.D (ed). 2001. CRC Handbook of marine mammal medicine. CRC Press:
    USA

Most Popular

To Top