Budidaya Perikanan

Rajungan dan Peluang Usahanya

Rajungan (Portunus pelagicus) termasuk dalam kelas Krustacea, family Portunidae, penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik. Rajungan banyak ditemukan pada daerah dengan kondisi perairan yang sama seperti Kepiting Bakau (Scylla serrata). Rajungan dikenal dengan nama blue swimming crab atau Kepiting Pasir dan merupakan hasil samping dari tambak tradisional pasang surut di Asia (Cowan, 1992 dalam Susanto dkk., 2005).
Rajungan
Rajungan merupakan komoditas perikanan yang banyak diminati, memiliki nilai ekonomis tinggi dan mulai dikembangkan pembudidayanya. Rajungan telah banyak diekspor diberbagai negara dalam bentuk rajungan segar maupun olahan, dimana rajungan segar banyak diminta oleh negara Singapura dan dalam bentuk beku ke negara Jepang dan Amerika. Informasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan, Jawa Tengah bahwa rajungan pada tahun 2003 masih mendominasi nilai ekspor hasil perikanan. Sampai Juni 2003 nilai ekspornya sekitar 7,4 juta dolar AS. Komoditas rajungan merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah, setelah udang dan ikan. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor  rajungan masih mengandalkan hasil tangkapan dari laut, sehingga akan mempengaruhi populasi di alam (Susanto dkk., 2005).
Selain rajungan ukuran konsumsi sebagai komoditas ekspor unggulan. Dewasa ini rajungan ukuran kecil (berat ± 1,8 gram/ekor) telah menjadi jenis makanan baru yang banyak diminati oleh orang Jepang sebagai camilan ketika minum sake. Hal ini menjadi peluang baru dalam usaha budidaya rajungan. Namun peluang ini, belum missal. Salah satu kendala dalam pengembangan teknologi untuk memproduksi baby crab rajungan tersebut dalam skala massal. Salah satu kendala dalam pengembangan teknologi pemeliharaan baby crab rajungan adalah rendahnya tingkat kelangsungan hidup (Ruliaty dkk., 2004).
Sampai saat ini rajungan (Portunus pelagicus) masih merupakan komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Penangkapan rajungan yang semakin intensif dapat mengakibatkan populasi alami rajungan mengalami penurunan. Akibat penangkapan di alam yang kurang terkendali, maka terjadi kelangkaan populasi rajungan di perairan Indonesia (Juwana, 2000). Permasalahan yang terjadi pada budidaya antara lain adalah kanibalisme yang tinggi terutama pada saat larva rajungan mengalami proses moulting. Kanibalisme dapat ditekan dengan salah satu cara yaitu pemberian tempat berlindung baik berupa shelter maupun substrat dasar yang cocok, grading dan pengurangan kepadatan larva selama pemeliharaan (Djunaedi, 2009).
Sumber : Rohmat Syaivudin MS. Budidaya Rajungan (Portunus pelagicus). Universitas Muhammadiyah Malang. 2016

Semoga Bermanfaat…

Most Popular

To Top