Nitrit merupakan senyawa kimia yang umum ada di perairan budidaya tawar, laut, maupun payau. Senyawa ini lebih berbahaya di kondisi air tawar dibandingkan air laut. Nitrit dihasilkan sebagai produk nitrifikasi antara amonia dan nitrat. Agar nitrit menjadi nitrat, dibutuhkan peran bakteri nitrifikasi pengoksidasi (Nitrobakter, Nitrococcus, Nitrospira, Nitrospina). Ketiadaan bakteri tersebut dapat mengakibatkan kadar nitrit menjadi tinggi Terbatasnya oksigen pada kolam juga dapat menghambat proses perubahan nitrit menjadi nitrat. Sehingga berakibat pada menumpuknya nitrit dalam air budidaya. Keracunan nitrit dapat terjadi apabila kadarnya melebihi ambang batas.
Dalam tubuh ikan air tawar nitrit akan ditransportasikan melalui membran insang melalui mekanisme transport aktif. Sedangkan pada ikan air laut, uptake nitrit akan lebih banyak melalui pencernaan dimana ikan tersebut lebih aktif meminum air laut. Nitrit yang masuk ke dalam darah berikatan dengan hemoglobin, merubah zat besi dalam hemoglobin dari ferrous menjadi ferric sehingga menghasilkan methemoglobin yang berwarna coklat dan tidak mampu membawa oksigen. Dampaknya, ikan akan sulit bernafas dan mengalami anemia. Ikan dengan keracunan nitrit, saat ikan hemoglobinnya akan cepat berubah warna. Karena darah yang berubah menjadi coklat, keracunan nitrit kerap disebut dengan ”Brown Blood Disease”.
Keracunan nitrit dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian pada kasus berat. Ikan akan menggunakan energi tubuhnya untuk detoksifikasi nitrit dan nafsu makan akan menurun sehingga pertumbuhan akan melambat. Paparan nitrit mengganggu proses osmoregulasi insang, kapasitas membawa oksigen, homeostasis ion, dan gangguan endokrin. Nitrit merupakan salah satu faktor pemicu stress pada ikan.
Pada umumnya ikan cukup toleran dengan nitrit hingga kadar 0,5ppm. Pada budidaya payau, kadar mematikan jarang tercapai. Kadar normalnya paling baik kurang dari 0,2mg/L. Namun demikian, pada kadar 4mg/L dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Tingkat beracunnya nitrit bergantung pada pH serta keberadaan ion klorida dan kalsium. Sensitifitas ikan terhadap nitrit juga berbeda-beda bergantung pada spesiesnya. Pada ikan nila, channel catfish, salmon, cenderung mengonsentrasikan nitrit di dalam plasma darah dengan kadar tinggi, sehingga methemoglobinnya lebih banyak. Sedangkan pada ikan largemouth bass, tidak sensitif terhadap nitrit sebab ikan jenis ini tidak mengonsentrasikan nitrit dalam jumlah di atas ambang batas. Disamping perbedaan spesies, toksisitas nitrit juga bergantung pada lingkungan seperti tingkat kesadahan yang dapat menurunkan toksisitas nitrit.
Kadar nitrit dapat diketahui dengan melakukan pengujian nitrit. Beberapa kit komersil telah tersedia dan dapat dengan mudah digunakan di lapangan. Pengujian nitrit di laboratorium dilakukan dengan spektrofotometer.
Referensi
CIBA. 2001. Soil and Water quality management in brackishwater aquaculture. Center Institute of Brackishwater Aquaculture. India
Ciji, A. & Ahtar, M.S. 2019. Nitrite implications and its management strategies in aquaculture: a review. Reviews in Aquaculture 1-31
Grant, B., D. Huchzermeyer, B. Hohis. 2014. Manual For Fish Kill Investigations In South Africa. Water Research Commission. Gezina
Harper, C. dan Lawrence, C. 2011. The laboratory of Zebrafish. CRC Press: New York
Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
Smith, S.A (Ed). 2019. Fish Disease and Medicine. CRC Press: Boca Raton
Hoole, D., D. Bucke, P.Burgess., I Wellby. 2001. Diseases of Carp and Other Cyprinid Fishes Blackwell Science: Great Britain