barnacle

Infestasi Octolasmis sp. Pada kepiting

Nama lain:  –

Etiologi/ penyebab
Barnacle atau teritip Octolasmis sp., Octolasmis angulata [1], O.  bullata, O. warwickii, O. cor, O. tridens [3], O. lowei [4]. Genus Octolasmis juga disebut dengan Dichealaspis atau Temnaspis [5]. Merupakan Cirripedia dari kelas krustasea. Tubuhnya simetris bilaterlas dan terbagi menjadi dua, tangkai (stalk) dan capitulum. Bagian dasar peduncle melekat pada substrat. Sedangkan bagian atas peduncle melekat dengan capitulum yang terlindung dalam karapas yang tersusun dari dua lipatan mantel atau valve [12]. Bentuk carina dan scutum dapat digunakan untuk membedakan antar spesies Octolasmis [5]. Misalnya pada O. angulata yang memiliki scutum tipis, dengan carina yang sempit dan berbentuk huruf L. Sedangkan O. cor memiliki carina berbentuk huruf T dan lebar [13].

Hospes
Berbagai dekapoda dan isopoda [4], Scylla serrata [1], S. olivacea, S. tranquebarica [5], Portunus sanguinolentus [3], Blue swimming crab (Portunus pelagicus) [4], Calinectes sapidus [12]. Parasit ini juga ditemukan pada kura-kura dan ular [5].

Stadium rentan
Prevalensi dan intensitas parasit pada inang berkaitan erat dengan interval molting inang. Kolonisasi tertinggi diperoleh pada kepiting yang lebih dewasa dan besar yang memiliki periode interval molting yang Panjang. Kepiting yang belum dewasa memiliki periode molting yang lebih sering sehingga kolonisasi Octolasmis jarang ditemukan [19]. Kolonisasi teritip Octolasmis pada kepiting cenderung rendah pada masa intermolting dan akan meningkat drastis menjelang molting [17]. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Jefries et al (1992) yang merujuk pada siklus hidup kepiting, dimana kejadian pada juvenil akan lebih banyak dibandingkan kepiting dewasa yang sudah jarang molting [18]. 

Epizootiologi
Laporan adanya infestasi Octolasmis sp. ditemukan pada sebagian besar negara-negara Asia seperti Thailand, Singapura, Indonesia, dan India [18]. Diketahui bahwa infestasi parasit Octolasmis sp. Lebih banyak terjadi pada kepiting betina dibandingkan jantan [1]. Perbedaan prevalensi parasit antar jenis kelamin dapat disebabkan oleh pertumbuhan kepiting betina yang lebih lambat dibandingkan kepiting jantan. Disamping itu, terdapat perbedaan kebiasaan makan dan migrasi antar keduanya. Ukuran kepiting juga berpengaruh terhadap intensitas infestasi Octolasmis, meskipun tidak signifikan [12]. Kepiting betina juga dikenal inaktif dan berdiam di dasar perairan dalam jangka Panjang [16].  Infestasi Octolasmis sp. Dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran Hg di perairan. Parasit ini dapat ditemukan pada musim hujan dan kemarau [2]. Parasit dapat mengganggu kehidupan inangnya seperti molting, grooming, dan menggali [3]. Infestasi dari Octolasmis dapat berbeda-beda antar spesies dan lokasi. Perlekatan parasit pada inang ini dipengaruhi oleh aliran air pada insang [4].

Siklus Hidup
Siklus hidup parasit ini tidak membutuhkan perantara. Fase larva mencari substrat yang akan ditempeli. Setelah melekat, akan menyerang pada insang [20]. Fase larvanya meliputi 6 nauplius (N1-N6). Larva N1 dilepaskan setelah 9 hari pelepasan dari induk. Fase N1 ke N6 hanya membutuhkan 8 hari saja. Larva cyprid akan bebas berenang dan bermetamorfosis menjadi juvenil octolasmis serta mencari inang [20].

Faktor pendukung
Keberadaan bahan organik yang tinggi dapat menjadi faktor penyebab infestasi dari Octolasmis. Kepiting bakau banyak hidup di dasar perairan. Hal ini mengakibatkan kepiting banyak berkontak dengan sedimen sehingga mudah terserang parasit. Sistem pemeliharaan tradisional yang belum menerapkan banyak perlakuan juga dapat memicu masuknya patogen termasuk parasite karena minimnya kontrol terhadap kondisi lingkungan [6]. Intensitas parasit dipengaruhi oleh musim dimana musim hujan akan menurunkan salinitas. Salinitas yang turun mengakibatkan parasit Octolasmis sp. terganggu siklus hidupnya, kebiasaan makan, metabolisme serta reproduksinya [13]. Sebaliknya, jika salinitas tinggi, kesempatan Octolasmis sp. melekat pada inang semakin besar [14].

Gejala Klinis
Parasit ini ditemukan pada ruang insang, di bagian tengah permukaan insang [2]. Parasit ini juga dapat melekat pada karapas dan alat gerak [3]. Sebagian besar teritip sangat pemilih dalam menentukan lokasi dimana mereka akan melekat pada inang [4]. O. angulata lebih suka melekat pada insang ke 4. Sedangkan O. cor banyak melekat pada insang ke 3-6 [5]. Insang yang ditempeli oleh Octolasmis akan berwarna pucat hingga kehitaman [9,7]. Keberadaan Octolasmis mudah teramati dengan adanya bentuk serupa kecambah pada insang serta munculnya serabut tipis seperti lumut berwarna coklat pada karapas [10,11]. Infestasi Octolasmis pada insang mengakibatkan kepiting sulit bernafas, bergerak, dan mencari makan [8].

Perubahan patologi
Jaringan insang yang terdapat parasit Octolasmis sp. Mengalami hemoragi, nekrosis, dan vakuolisasi. Kondisi ini akan mengganggu pertukaran gas [2]. Pada insang terdapat perubahan seperti hiperplasia dan fusi [20]. Octolasmis tidak memakan jaringan insang namun menjadi partikel pencemar pada pernafasan. Diketahui sebelumnya bahwa infestasi O. muelleri mengakibatkan hiperventilasi dan takikardia dengan perubahan minimal pada hemolim  [15]. Octolasmis dapat mengganggu pernafasan bahkan pada infestasi berat dapat menimbulkan kematian [16]. Namun demikian, studi dari Ihwan et al (2015) menyatakan hal yang berbeda, dimana perlekatan teritip ini tidak berdampak serius pada insang karena penetrasinya hanya 0,4mm, hanya memegangi bagian kitin insang. Disamping itu teritip dapat dibuang setiap kali kepiting molting [18].

Diagnosa banding

Metode Diagnosa
Identifikasi parasit ini dapat dilakukan secara mikroskopis morfologis. Namun metode ini hanya bisa diterapkan ketika parasit masuk pada fase remaja atau dewasa. Pada fase larva atau cyprid, metode ini sulit diaplikasikan karena sulitnya menentukan morfologi dari spesies. Metode lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan parasit ini adalah dengan PCR [20].

Pencegahan dan Pengendalian

Hingga saat ini belum ada metode yang sesuai untuk mencegah dan mengendalikan Octolasmis sp.  Kepiting dengan infestasi Octolasmis kurang disenangi konsumen karena beratnya yang bertambah dan sulit terjual [18]. Meskipun tidak signifikan, perendaman dengan rebusan daun sirih mampu menurunkan tingkat infestasi dari Octolasmis pada kepiting [10]

Referensi 

  1. K. Wardhani, -. -. Sarjito, and A. H. C. Haditomo. 2018. STUDY KEBERADAAN EKTOPARASIT Octolasmis sp. PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata) JANTAN DAN BETINA PADA PERTAMBAKAN SEMARANG,” Journal of Aquaculture Management and Technology, 7(1): 38-45
  2. Nur I, Aris  EA,  YusnainiY,  Beavis  2021. The  potential  use  of Octolasmis  spp.parasitesin  mudcrabs Scylla  spp.as a bioindicator  for  mercury  pollution.Biodiversitas  22:3764-3772
  3. Heng-Xiang Li, Li-Sha Ma, Xiu-Juan Yu, Lu Li, Chang-Ping Yang, Yan Yan, Colonization of Octolasmis (Cirripedia) on the Crab Portunus Sanguinolentus (Brachyura: Portunidae): Impacts of the Parasitism of Diplothylacus Sinensis (Cirripedia: Rhizocephala), Journal of Crustacean Biology, Volume 35, Issue 2, 1 March 2015, Pages 159–165, https://doi.org/10.1163/1937240X-00002311
  4. hasan, M., Hisam Abd Aziz, M. F., Kismiyati, K., Subekti, S., & Zakariah, M. I. (2019). Occurrence of Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. in Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus [Tingkat Kejadian Pedunculate Barnacle, Octolasmis spp. pada Rajungan, Portunus pelagicus]. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 11(1), 1–8. https://doi.org/10.20473/jipk.v11i1.10635
  5. Ihwan, M.Z., M. Ikhwanuddin, H. Marina. Morphological distribution of pedunculate barnacle Octolasmis cor (Aurivillius, 1982) found on gill of wild mud crab (genus: Scylla) from Terengganu Coastal Waters, Malaysia. Research journal of parasitology 10(1): 25-30
  6. Yahya, R.M.A, P. D. Wulan Sari, S. Subekti. 2021. Korelasi antara Derajat Infestasi Octolasmis angulata Terhadap Perubahan Jaringan Insang Kepiting Bakau (Scylla serrata). Jurnal Grouper, 12 (2) : 1-6
  7. 2006. Kajian Parasit pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Wilayah Perairan Bakau Tarakan Kalimantan Timur. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta.
  8. Suherman SP. 2013. Identifikasi Morfologi, Molekuler dan Tingkat Serangan Ektoparasit Octolasmis spp pada Kepiting Bakau Scylla spp di Perairan Sulawesi Selatan. [Tesis].
  9. Wardhani CK, Sarjito dan Haditomo AHC. 2018. Study Keberadaan Ektoparasit Octolasmis Sp. Pada Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Jantan dan Betina Pada Pertambakan Semarang. Journal of aquaculture Management and Technology. 7(1): 38-45.
  10. Utari, V.I., S.B. Prayitno, Desrina. 2017. PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle linn) UNTUK MENURUNKAN INFESTASI EKTOPARASIT Octolacmis sp. PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata). ournal of Aquaculture Management and Technology 6(4): 242-246
  11. L, Sarjito, A.H.C. Haditomo. 2014. Identifikasi Ektoparasit pada Kepiting Bakau (Scylla Serrata) yang dibudidayakan di Tambak Pesisir Pemalang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Semarang. Journal of Aquaculture Management and Technology. 8-16 hlm.
  12. Rasheed, S. dan Mustaquim, J. 2017. Occurrence of Pedunculate Barnacles of the Symbiotic Genus Octolasmis (Cirripedia: Crustacea) in Two Species of Edible Crabs. Pakistan J. Zool., 49(5): 1879-1888
  13. Indarto, S.P.A., Munir, D.S. Maisaroh. 2021. Study of ectoparasite prevalence and intensity on mud crab (Scylla serrata) in mangrove area of Wonorejo, Surabaya. Journal of Marine Resources & Coastal Management 2 (1): 1-6,
  14. Khotimah, A., Rokhmani, Riwidiharso, E. 2018. Prevalensi dan Kelimpahan Vorticella sp. Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Sleko Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. pp. 87–91.
  15. Andrew T. Gannon & Michele G. Wheatly. 1994. Physiological effects of a gill barnacle on host blue crabs during short‐term exercise and recovery, Marine Behaviour and Physiology, 24:4, 215-225
  16. Bindu, L. 2018. Seasonal variation in the distribution of pedunculate barnacle Octolasmis On Scylla serrata (Forskal, 1775) from the Ayiramthengu mangroves, Kerala. Indian Journal of Geo Marine Science 47(09): 1828-1833
  17. Jeffries , W.B., H.K. Voris, C.M. Yang.1989. A new mechanism of host colonization: pedunculate barnacles of the genus Octolasmis on the mangrove crab Scylla serrata , Ophelia, 31:1, 51-58, DOI: 10.1080/00785326.1989.10430850
  18. Ihwan, M.Z, Ikhwanuddin A, Ambak MA, Shuhaimi AD, Wahidah W, et al. 2015. Study on the Attachment of Octolasmis spp. on Gill of Wild Mud Crabs, Genus Scylla from Setiu Wetland, Terengganu, Malaysia. Poult Fish Wildl Sci 3: 142. doi:10.4172/2375-446X.1000142
  19. Li, H.X.,L.S. Ma, X.J. Yu, LuLi, C.P. Yang, YanYan. 2015. Colonization of octolasmis (cirripedia) on the crab Portunus Sanguinolentus (brachyura: portunidae): impacts of the parasitism Of Diplothylacus sinensis (cirripedia: rhizocephala). Journal of crustacean biology, 35(2): 159-165,
  20. Suherman, S.P. identifikasi morfologi, molekuler dan tingkat serangan ektoparasit octolasmis spp pada kepiting bakau Scylla spp di perairan sulawesi selatan. Tesis Universitas Hasanuddin

Most Popular

To Top