Tamanikan.com - Jual ikan dan udang galah air tawar konsumsi terbesar di bangka belitung.

Hubung Kami: Pukul 09:00-16:00 . Wa: +6282310102004

Taman Ikan

Budidaya Ikan dan Udang Galah

DISKUS DAN INANG ASUH


Ingat
cakra, senjata pamungkas Sri Krisna, penasihat Pandawa? Cakra berbentuk
lingkaran seperti cakram. Senjata itu baru digunakan kalau musuh yang dihadapi
sudah tidak bisa diatasi lagi dan keganasannya telah mengancam kelestarian
hidup seluruh isi bumi.
Penggemar
ikas hias air tawar juga mengenal sejenis ikan akuarium air tawar yang
mempesona. Bentuk tubuhnya bulat pipih mirip cakram. Mereka menyebutnya diskus,
dan menjulukinya King of Aquarium. Ia satusatunya ikan hias air tawar
yang bentuknya bulat pipih dengan warna-warni yang menarik.

Penggemarnya
tak terbatas kelompok masyarakat tertentu saja, seperti koi misalnya yang khas
Jepang, atau maskoki yang khas Cina. Penggemar diskus terdapat di seluruh
dunia, baik di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia diskus baru
dikenal sejak 1950-an, tetapi mulai tahun 1990-an marak di masyarakat.
Diskus
bukan ikan asli Indonesia, karena habitat aslinya di sepanjang aliran Sungai
Amazone, Amerika Selatan. Penyebarannya terdapat di Brasil, Peru, dan Columbia.
Di negera tersebut diskus dikonsumsi sebagai pangan oleh suku pedalaman,
seperti layaknya ikan-ikan sungai lainnya.
Penggemar
akuarium mengenal 4 jenis diskus berdasarkan spesies dan subspesiesnya. Yaitu
heckel (Symphysodon discus) yang dominan biru metalik, brown (Symphysodon
aequifasciata axel) yang cokelat atau kemerahan, green (Symphysodon
aequifasqiata
aequifasciata) yang hijau, dan blue (Symphysodon
aequifasciata
haraldi).
1.
Diskus Heckel
Diskus
Heckel disebut juga Red Discus, Heckel’s Discus, atau Poumpuador
Fish
. Ikan ini pertama kali ditemukan di Rio Negro, Brasil. Bentuk mirip
cakram atau setengah piringan hitam. Warna dasar badan menyerupai susunan
garis-garis mendatar berwarna biru dan merah berselang-seling. Keseluruhan
badan terpotong-potong garis tegak berwarna hitam. Dari 9garis yang ada, 3 di
antaranya tampak jelas. Mata merah tua. Panjang total ikan dewasa 15 cm.
2.
Diskus Brown
Diskus
ini memiliki warna dasar tubuh cokelat tua sampai gelap dengan garis vertikal
memanjang di seluruh tubuh dan kepala. Garis biru memanjang dari dahi ke
punggung hingga mencapai sirip ekor dengan diakhiri merah. Panjang total ikan
dewasa 13 cm. Asalnya dari Belem, muara sungai Amazone.
3.
Diskus Green
Diskus
ini dibedakan atas dua tipe, yaitu Teffe Green dan Peruvian Green.
Teffe Green berasal dari danau Teffe dekat sungai Amazone, Brasil. Warnanya
cokelat tua (merah) hingga kuning emas. Sekujur tubuh dihiasi garis-garis
hijau memanjang, pinggir sirip merah. Peruvian Green berasal dari Peru.
Warna dasar tubuh juga cokelat tua hingga kuning emas, tapi kurang
cerah. Sekujur tubuh dihiasi bintik-bintik merah. Pinggir sirip merah.
Panjang total ikan dewasa bisa mencapai 30 cm. Diskus ini paling kuat di
antara diskus liar.
4.
Diskus Blue
Sekujur
tubuh diskus ini ditutupi garis-garis pendek berwarna biru. Sirip dubur dan
punggung bertepi merah. Panjang ikan maksimal mencapai 20cm, tetapi ikan
berukuran 10cm sudah mulai matang kelamin. Asalnya dari Manuas, Brasil. Dari
keempat diskus itu lewat mutasi dan persilangan, dihasilkan berbagai ragam
strain atau varietas diskus yang memiliki komposisi warna sangat indah. Klub
Discus Indonesia (KDI) dalam Kontes diskus Nasional I di Mal Puri Indah 11
September 1999 di Jakarta Barat membedakan diskus budidaya atas lima kelas
berdasarkan strain. Masing-masing adalah Green Blue Form (misal :
strain Blue Diamond, Ocean Green, dan Solid Blue), Stripped
Form
(misal : Cobalt, Red Turquoise, dan Snake Skin), Spotted
Form (misal : Red Spotted Green, Leopard Skin, dan Red Spotted
Snake Skin
), serta Hybrids (misal : Red Marlboro, Pigeon Blood,
dan Pigeon Skin).
Ruang
tertutup
Budidaya
diskus menurut Mohamad Zen, peternak diskus dari Ikorina Discus Breeder, yang
terbaik dilakukan dalam ruangan. Kondisi di dalam ruangan atau tempat tertutup
dapat diatur sesuai keperluan. “Soalnya diskus sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan,” tuturnya memberi alasan.
Mantan
karyawan ekspedisi PT Laksana Raya Abadi itu mengelola peternakan diskusnya di
ruangan berukuran 2,5m x 4m x 3,5m. Di dalam ruangan itu terdapat dua rak besi
bertingkat tiga yang diatur sejajar. Tinggi rak sekitar 2 m. Seluruhnya berisi
30 akuarium berukuran 100cm x 50cm x 40cm. Di lantai terdapat beberapa akuarium
kotak berukuran 20cm x 20cm x 35cm untuk penetasan telur, dan beberapa baskom
plastik juga untuk penetasan telur.
Rak
besi bertingkat, praktis untuk budidaya diskus di ruangan
Masing-masing
akuarium digunakan untuk pemijahan, pemeliharaan calon induk, pemeliharaan
burayak bersama induknya, dan pembesaran anak lepas sapih. Untuk pembesaran
anak umur 2 bulan, akuarium sebesar itu dapat memuat 60 ekor anak diskus. Untuk
pemeliharaan remaja calon induk, akuarium diisi 14 ekor diskus.
Penghembus
udara
Masing-masing
akuarium dilengkapi aerator. Fungsinya untuk menghembuskan udara di dalam air akuarium.
Udara dihembus melalui pipa plastik yang ujungnya terdapat air stone (batu
udara). Hembusan udara itu menimbulkan sirkulasi air di dalam akuarium.
Pada
proses aerasi terjadi sirkulasi air di dalam akuarium. Sirkulasi ini menyebabkan
karbon dioksida (CO2) yang larut atau mengendap di dasar air terangkat ke permukaan
selanjutnya lepas ke udara. Tanpa sirkulasi air, karbon dioksida berkumpul di
bagian bawah akuarium. Karbon dioksida merupakan gas yang berat. Gas itu kalau mengendap
dalam kadar yang banyak merupakan racun bagi ikan. Diskus yang tergolong ikan
dasar bisa menjadi korban. Adanya sirkulasi air selain mengurangi kadar CO2 di
dalam air, juga akan menambah kadar oksigen (O2). Kadar oksigen yang melimpah
dalam air sangat bermanfaat bagi kesehatan dan pernafasan ikan. Kandungan
oksigen 2 ppm di dalam air cukup mendukung kehidupan ikan, asalkan kandungan
karbon dioksida di bawah 12 ppm. Kalau kandungan karbondiosida bebas dalam air
mencapai 25 ppm, kadar oksigen tak bolah kurang dari 5 ppm.
Sarana
akuarium
Semua
akuarium membutuhkan sarana untuk menambah kesempurnaan dan kesehatan akuariun.
Sarana dan perlengkapan yang diperlukan adalah lampu, heater, scrafer, jaring,
dan siphon.
1.
Lampu
Akuarium
di dalam ruangan membutuhkan penerangan lampu. Jumlah lampu yang diperlukan
tergantung beberapa faktor antara lain gelap terangnya ruangan, volume air
dalam akuarium, dan kedalaman air akuarium. Lampu yang digunakan bisa
menggunakan lampu neon daylights atau lampu flourescent. Fungsi
lampu menggantikansinar matahari.
Filter,
agar kualitas air prima
Adanya
Lampu diperlukan untuk penerang
ketika
diskus dirawat
Di
ruang breeding, Zen menggunakan lampu 10 watt sebagai penerang seluruh
ruangan ber-ukuran 2,5m x 4m pada malam hari. Lampu dinyalakan ketika malam
sampai pagi hari. Siang hari lampu dimatikan. “Diskus menyukai suasana
remangremang ketika berpijah,” kata Zen. Soalnya diskus termasuk ikan dasar.
Tiap
dua akuar ium dipasang neon bertabung panjang 10 wat t . Neon dipasang di bagian
luar sisi atas akuarium. Fungsinya sebagai penerang ketika diperlukan, terutama
saat memberi pakan, membersihkan kotoran, memeriksa dan merawat kesehatan ikan,
mengecek dan menjaga kebersihan air.
2.
Heater
Heater
merupakan alat pemanas yang dapat mengatur temperatur
air agar tetap pada derajat suhu yang dikehendaki. Dengan adanya thermostatic
controle
pada alat tersebut suhu air akuarium dapat diketahui dengan pasti.
Alat ini digunakan oleh peternak dan hobiis diskus yang meletakkan akuariumnya
di luar ruangan seperti di emperan rumah atau di ruangan yang luas dan agak
terbuka. Di tempat ini kondisi cuaca atau suhu lingkungan sering kali
berfluktuasi drastis. Suhu siang dan malam hari sering berbeda jauh.
Di
ruangan yang suhu sehari-hari relatif stabil, alat ini juga diperlukan, terutama
ketika musim pancaroba. Pada saat cuaca buruk, terjadi banyak angin dan hujan,
suhu udara turun naik tak menentu. Pemanas di dalam akuarium dapat membantu
suhu air akuarium stabil sesuai kebutuhan hidup ikan.
3.
Jaring, scraper, dan siphon
Ada
dua macam jaring yang digunakan peternak dan pemelihara diskus. Jaring yang
kainnya berlubang-lubang besar dan yang lembut. Yang berlubang-lubang besar digunakan
untuk menangkap ikan; lembut, untuk mengambil kotoran–kotoran yang terapung di
permukaan air. Jaring lembut juga dipakai untuk menyaring dan mencuci pakan
hidup seperti cacing sutera, cacing merah atau cuk sebelum diberikan untuk
ikan.
Scraper
adalah alat sapu untuk membersihkan kaca akuarium dari
lumut yang melekat. Bahannya busa yang diberi tangkai dari kayu. Siphon berupa
alat penyedot yang digerakkan oleh baterai atau listrik. Gunanya untuk menyedot
tinja ikan dan sisa makanan yang terletak di dasar akuarium. Kotoran itu kalau
tak diambil secepatnya akan membusuk.
Masing-masing
alat tersedia satu untuk setiap akuarium. Jangan sampai alat dalam akuarium
satu terpakai untuk akuarium lain. Ketika membersihkan kotoran, jangan sampai
tangan masuk ke dalam air, karena dikhawatirkan bisa menularkan penyakit. Ini
untuk mencegah penyakit dari akuarium satu berpindah keakuarium lain.
Dasar
akuarium harus bersih agar kotoran dan sisa pakan tidak busuk
Mutu
air sangat vital
Volume
dan mutu air sangat vital dalam budidaya diskus. “Kita harus sesuaikan dengan
kebutuhan dan persyaratan hidupnya,” kata Mohamad Zen. Untuk itu lokasi dengan
sumber air yang sesuai untuk kehidupan ikan sangat diutamakan. Air bisa berasal
dari sumur atau PAM. Namun, kedua macam air itu memerlukan perlakuan terlebih
dulu sebelum digunakan untuk memelihara ikan. Perlakuan paling penting setelah
ditampung dalam bak, air harus diendapkan dan diberi aerator selama 48 jam. Air
sumur diperoleh dari tanah. Air semacam ini biasanya banyak mangandung karbon
dioksida dan mineral, sehingga tak bagus untuk kehidupan ikan kalau langsung
digunakan. Air ledeng mengandung senyawa khlor yang beracun bagi ikan.
Perlakuan
pengendapan dan aerasi berfungsi memisahkan mineral, memecah dan mengeluarkan
karbon dioksida, serta menguapkan kandungan khlor. Selain itu juga berfungsi
mematikan jasad renik seperti protozoa penyebab penyakit white spot. Dua
hari tak mendapatkan ikan sebagai inang, protozoa mati kelaparan.
Diskus
termasuk ikan yang sensitif terhadap perubahan kualitas air. Suhu yang layak
untuk hidup diskus berkisar antara 280C – 300C, terutama untuk burayak sampai
ikan berumur 8 bulan. Perubahan suhu bisa terjadi akibat perubahan cuaca,
musim, atau saat pergantian air. Perubahan suhu secara mendadak bisa
menimbulkan stres
sehingga
ikan kehilangan nafsu makan.
Mutu
air juga ditentukan oleh kandungan amonia (NH3), nitrat (NO2), dan asam
sulfat/asam belerang (H2S) yang terkandung di dalamnya. Toleransi ikan terhadap
amonia 0,1 ppm, nitrat 0,5 ppm, dan asam sulfat 0,1 ppm. Lebih tinggi dari itu,
bisa meracuni ikan. Zat beracun itu timbul karena pengendapan sisa pakan dan
kotoran yang tidak dibersihkan.
Kandungan
asam sulfiat erat kaitannya dengan fluktuasi pH air. Kalau pH air turun
sehingga menjadi asam berarti kandungan asam sulfida meningkat. Kalau pH air
tinggi sehingga menjadi basa berarti kandungan asam sulfida menurun. Kemasaman
atau pH air tak begitu penting bagi burayak dan pembesaran diskus. Semakin
tinggi pH semakin baik untuk pembesaran. Air ber-pH 7,0 atau lebih, bahkan
ber-pH 8,0 – 8,5 pun tak jadi masalah untuk pembesaran diskus, warnanya kurang
cerah.
Untuk
diskus kemasaman air perlu diatur agar sesuai untuk masingmasing strain.
Kemasaman air ber-pH antara 6,0 – 6,5 sesuai untuk diskus strain crossing. Untuk
strain alami (wild) diperlukan pH 5,0 – 5,5. Untuk penetasan telur
ber-pH 5,0. Kalau airnya normal ber-pH 7,0, induk diskus kehilangan naluri
mengasuh anak. Kalau kesadahan air ber-pH 7,7 – 8,0, diskus malas bertelur
Pakan
alami dan buatan
“Kesalahan
utama yang sering diperbuat pemula sering memberi pakan ikannya terlalu
banyak,” kata Mohamad Zen. Ini karena ikannya sangat aktif berebut makanan dan
terlihat menyenangkan. Perlakuan itu salah dan bisa berakibat fatal. Ikan yang
makan terlalu banyak sering mati. Pakan mengeras tidak tercerna, sehingga
menyumbat saluran pencernaan.
Jumlah
pakan yang dapat dihabiskan ikan dalam waktu 10 menit adalah jumlah terbaik.
Sisa pakan yang mengendap maupun terapung segera dibersihkan. Pakan yang
dibiarkan tertinggal bisa busuk, dan akhirnya menurunkan mutu lingkungan air.
Perubahan itu merugikan kesehatan ikan. Zen menggunakan pakan alami untuk
merawat diskusnya. Untuk diskus lepas sapih dapat menggunakan nauplii (tetasan
kista) artemia atau daphnia (kutu air) telah disaring. Diskus umur sebulan
sampai ikan muda berukuran 3 in sangat menyukai cacing sutera (tubifex worm)
atau cacing merah (blood worm). Selanjutnya sampai dewasa dan aktif
bertelur diberi cuk alias jentik-jentik nyamuk (mosquito larvae).
Kuning
telur di perut cadangan pangan
Volume
dan mutu air sangat vital
Kelemahan
pakan alami, sisanya akan membusuk dalam waktu beberapa jam. Sebaiknya pakan
alami diberikan sedikit demi sedikit sehingga langsung dimakan. Pakan habis
pada saat itu juga. Yang paling efisien adalah pakan buatan. Keuntungannya,
penggunaan pakan sangat hemat, tidak perlu mencari atau membeli setiap hari,
tidak membawa bibit penyakit. Kondisi pakan bersih, kering, sehat. Nutrisi protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral, lengkap dengan perbandingan yang tepat .
Pakan
buatan yang banyak dipakai penggemar diskus di Indonesia adalah Tetra Bit,
produksi Jerman. Pakan lain juga tersedia di pasar seperti Tetramin, Suntamin,
Trofimin, Biorell, Vitakraft. Ukuran pakan bisa dipilih sesuai umur dan
besarnya mulut ikan.
Calon
induk
Calon
induk sebaiknya dipelihara mulai dari kecil. Selain pembelian bibit lebih
murah, selama pembesaran calon peternak bisa lebih akrab dengan ikannya. Selama
perawatan dan pemberian pakan, akan saling kenal. Karena sudah kenal, diskus
tak lagi takut didekati mendapat perlakuan perawatan.
Untuk
mendapatkan pasangan yang baik, dapat dimulai dengan memelihara diskus muda
berukuran 5cm—8 cm dalam satu akuarium pembesaran. Akuarium berukuran 100cm x 50cm
x 40cm dapat diisi 24 — 28 ekor. Setelah ikan berukuran 10cm–15cm dapat diisi
12 – 14 ekor. Calon induk diberi pakan jentik-jentik nyamuk dan cacing merah
setiap pagi dan sore agar cepat besar.
Beberapa
bulan kemudian ikan sudah tumbuh besar. Jenis kelamin diskus sulit dibedakan.
Biasanya yang jantan lebih cemerlang warnanya dibandingkan betina. Perilakunya
lebih gesit.
Dalam
satu kelompok diskus dewasa, masing-masing akan memilih pasangan sendiri yang
paling cocok, kalau sudah matang kelamin dan siap pijah. Mereka yang
berpasangan akan memisahkan diri dari kelompok satu akuarium. Calon induk yang
bagus memiliki badan berbentuk bulat sempurna seperti cakram, besar, agak
tebal, berwarna mencolok atau cemerlang. Pasangan yang serasi terdiri dari
induk betina berusia 1 tahun, dan induk jantan berusia 1,5 tahun.
Pemijahan
di akuarium
Pasangan
yang sudah akur dipelihara di akuarium pemijahan berukuran 100cm x 50cm x 35cm.
Akuarium berisi air setinggi 35 cm. Kalau tinggi air di bawah 30 cm, diskus
malas berpijah. Induk yang matang kelamin akan segera berpijah. Pemijahan
sebaiknya berlangsung di akuarium sehingga mudah dikontrol. Tempat penempelan
Diskus
yang sudah berpasangan siap untuk dipijahkan
telur
diletakkan di tengah akuarium berupa botol atau pot bunga dari tanah liat.
Tinggi maksimal 30 cm. Benda itu sekadar tempat penempelan telur.  Diskus yang sudah berpasangan terlihat rukun.
Mereka terlihat aktif berenang berduaan. Ketika berpijah, diskus betina
mengeluarkan telur dan menempelkannya pada permukaan luar botol. Setelah itu
pada saat bersamaan si jantan menyemburkan cairan putih untuk membuahi. Selanjutnya
mereka akan menjaga telurnya sampai menetas. Keduanya rajin mengipasi telur
dengan sirip-siripnya agar cukup mendapat oksigen. Telur menetas 3 hari
kemudian. Burayak hasil tetasan belum bisa berenang, masih berdiam di dinding
botol.
Perawatan
burayak dengan induk sendiri
Burayak
yang menempel pada dinding botol belum bisa ke mana-mana. Mereka hidup dengan
makanan cadangan kuning telur yang terdapat dalam kantung perutnya. Umur 3—4
hari setelah menetas, burayak mulai belajar berenang. Pada saat ini makanan
cadangan di perut sudah tipis atau telah habis. Burayak yang berenang akan
menempel pada kulit tubuh induknya. Pada saat ini
Botol
tanah liat, substrat untuk penempelan telur
sekujur
tubuh induk digayuti anak-anaknya sambil mengisap lendir yang keluar dari
tubuhnya. Lendir inilah yang menjadi makanan anak-anak diskus sebelum bisa
memangsa makanan lain. Burayak yang mengisap lendir ibarat bayi yang menyusu
pada induknya. Kalau saat ini dipaksa berpisah dari induknya, malah banyak
burayak yang mati. Masa menyusu berlangsung selama 15 – 20 hari.
Seminggu
setelah menyusu burayak mulai dapat dilatih memakan pakan jasad renik hidup.
Pakan hidup dipilih yang cocok dengan ukuran mulutnya yang masih kecil.
Misalnya nauplii artemia atau dapnia yang telah disaring. Saat ini burayak sudah
mampu berenang dan mencari makanan sendiri dengan bebas, tetapi hidupnya belum
bisa berpisah dengan induknya.
Semakin
besar diskus, pakan hidup yang diperlukan semakin besar pula. Ketika berumur
satu bulan, burayak disapih dari induknya. Selanjutnya burayak dideder atau
dibesarkan di akuarium lain. Pakan paling disukai cacing sutera atau cacing
darah (blood worm).
.
Perawatan
burayak dengan inang asuh
Paling
cepat induk akan bertelur sebulan sekali. Kalau induk dikhususkan bertelur
seperti itik, sebulan dapat bertelur 5—6 kali. Telur diambil, ditetaskan di
akuarium khusus untuk penetasan. Selanjutnya anak dibesarkan dengan inang asuh
yang bertugas “menyusui”.
Sistem
budidaya dengan inang asuh ini sangat efektif untuk memproduksi benih diskus
dari strain-strain yang harganya mahal. Inang asuhnya menggunakan indukan dari
strain diskus yang relatif murah harganya seperti Cobalt dan Heckel.
Sistem produksi benih diskus dengan inang asuh ini telah sukses dilakukan
Mohamad Zen.
Anak
diskus perlu “menyusu”. Penyusuannya bisa diserahkan ke inang asuh
Keuntungan
sistem inang asuh, pasangan yang dipijahkan tidak harus pasangan tetap.
Pasangan yang dipijahkan dapat diganti setelah pemijahan. Jadi memudahkan
persilangan dengan strain-strain yang dikehendaki. Penjodohannya, langsung
dengan menaruh dua pasangan yang diinginkan dalam satu akuarium pemijahan
begitu saja. Kalau ternyata kurang cocok, salah satu pasangan dapat diganti
dengan strain atau individu lain.
Proses
pemijahan sama seperti di atas. Betina mengeluarkan telur, ditempelkan pada
permukaan dinding luar botol. Selanjutnya disemprot sperma oleh pasangan
jantannya. Jumlah telur tergantung dari kesuburan induk masing-masing individu.
Kalau kualitas induk bagus, sekali bertelur bisa menghasilkan 100 – 200 butir.
Kadang-kadang bisa mencapai 300—400 butir. Namun, juga ada yang hanya menghasilkan
50—75 butir sekali berpijah.
Induk
yang bagus mampu bertelur sampai umur 3—4 tahun, tetapi paling produktif pada
umur 1—2 tahun. “Kita pakai hanya satu tahun,” kata Zen. Setelah itu induk
diapkir, dijual sebagai indukan yang masih produktif. Pengganti tak masalah,
karena jauh sebelumnya sudah dipersiapkan calon pengganti.
Setelah
berpijah, botol yang ditempeli telur diambil. Botol dipindah di akuarium
penetasan berukuran 20cm x 20cm x 35cm. Isi akuarium dilengkapi aerasi. Tinggi
air diatur agar seluruh botol yang ditaruh tertutup air. Isi air sekitar 10
liter. Di akuarium penetasan ini keberhasilan tetas rata-rata mencapai 50%—95%.
Soalnya, kadang-kadang ada telur yang kosong embrio.
Dengan
sistem baru ini, Zen sangat rajin mencatat produktivitas masing-masing individu/pasangan
induk ikannya. Catatan dilakukan pada selembar kertas yang ditempelkan pada
sisi akuarium bersangkutan. Salah satu diskus unggulannya tercatat sebagai
berikut.
Catatan:
bertelur tanggal 18/7 (Juli), 24/7, 28/7, 2/8 (Agustus), 7/8, 14/8, 18/8, 23/8,
2/9 (September), 8/9, 13/9, 19/9, 30/9, 5/10 (Oktober), 12/10, 19/10, 23/10,
5/11 (November), 12/11, 21/11, dan 9/12 (Desember). “Induk ini produktif
sekali,” kata Zen. Namun, produksinya akhir-akhir ini agak jarang. Sebelum
November rata-rata tiap 5 hari sekali menghasilkan telur.
Dari
30 akuarium yang ada, 16 akuarium digunakan untuk memelihara anak diskus yang
dibesarkan dengan inang asuh. Diskus yang digunakan untuk inang asuh ialah
diskus lokal yang harganya murah seperti strain Cobalt dan Heckel.
Keunggulan induk lokal ini pintar merawat dan sayang anak. Starain diskus yang
nilainya mahal seperti Snake Skin, Red Marlboro atau Solid Blue, dipelihara
sebagai penghasil telur saja.
Umur
3—4 hari setelah menetas, larva mulai menyusu pada inang asuhnya. Sekitar 7
hari setelah menyusu, larva bisa dilatih memakan nauplii artemia atau daphnia
saring. Sampai umur satu bulan anak diskus masih tetap dipelihara di akuarium perawatan
anak, walau seminggu sebelumnya sudah dipisah dari inang asuhnya. Lengkap umur
sebulan, diskus sudah menyukai cacing darah atau cacing sutera sebagai pakan
favoritnya.
Pembesaran
diskus
Di
pihak breeder, diskus umur sebulan sudah harus terjual ke pihak lain
untuk dibesarkan. Mulai usia ini merupakan tugas petani, penangkar, penghobi,
dan penggemar ikan untuk membesarkan sampai minimal berukuran 2 inci (5 cm).
Lama pemeliharaan sekitar 2 bulan.
Lebih
dari satu bulan ditangani penangkar
Akuarium
persegi berukuran 100cm x 50cm x 40cm mampu memuat 100 – 150 ekor burayak
diskus umur sebulan berukuran 0,5 inci (sekitar 1 cm). Umur dua bulan atau satu
bulan setelah ditangkar untuk dibesarkan, ukurannya menjadi 1 inci (2,5 cm).
Mulai saat ini populasi ikan dipecah menjadi dua akuarium yang berukuran serupa
sehingga berisi 50—60 ekor per akuarium. Setelah panjang ikan mencapai 2 inci,
populasinya dipecah lagi menjadi 4 akuarium sehingga populasinya menjadi 25
ekor per akuarium. Untuk remaja, ideal 14 ekor diskus per akuarium ukuran
di
atas.
Burayak
diskus umur satu bulan sampai menjadi ikan muda berukuran 3 inci diberi pakan 3
— 4 kali sehari tiap pagi, siang, dan sore. Jenis pakan terbaik cacing sutera
atau cacing merah. Pemberian jangan sampai terlalu kenyang, pakan dijatah
seperlunya. Pemberian pakan yang lebih sering, lebih bagus, asalkan jangan
sampai kenyang.
Setelah
ikan muda berukuran di atas 3 inci, dapat diberi pakan cuk alias jentik-jentik
nyamuk. Pemberian cuk merangsang diskus tumbuh dewasa dan menghasilkan telur.
Diskus sangat menyukai jentik-jentik nyamuk.
Diskus
kontes
Diskus
untuk kontes rata-rata ikan yang sudah dewasa, minimal berumur setahun dan
berukuran standar 5 inci. Diskus berukuran 4 inci berhak mengikuti kontes, dan
ini merupakan ukuran minimal. Masingmasing penggemar memiliki kiat sendiri
dalam merawat diskusnya agar tampil prima dan warna tubuh muncul cemerlang.
Warna
diskus paling cemerlang saat birahi. Untuk membantu keluarnya warna merah atau
cokelat lebih cemerlang , selama perawatan diskus diberi makan telur udang
segar. Untuk membantu keluarnya warna biru atau hijau, diskus dapat diberi
makan spirulina, sejenis ganggang renik yang sangat kaya protein. Perawatan
dengan pakan alami ini dimulai sejak diskus muda berukuran 3 inci.
Nilai
diskus dalam kontes ditentukan oleh size (ukuran besar), bentuk (bulat
cangkram), fin (tinggi), komposisi warna, susunan sisik, keharmonisan letak
mata dengan tubuh, warna mata (merah, oranye, kuning, hitam yang tertinggi
nilainya merah), kecerahan warna, keserasian kombinasi warna, susunan garis-garis,
perilaku ikan (nilai tertinggi). Semua unsur itu digabung. Jumlah gabungan
nilai tertinggi berhak terpilih menjad pemenang.
Budidaya
diskus adalah permainan air, baik untuk pembenihan ataupun penangkaran. Kalau
airnya bersih dan cocok untuk kehidupan ikan, tak ada masalah untuk kesehatan
ikan. Penyebab timbulnya penyakit adalah kebersihan kurang.
DISKUS DAN INANG ASUH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas