Bak yang digunakan untuk pemeliharaan induk terbuat dari semen berbentuk empat persegi panjang yang bagian dalamnya sebaiknya berwarna gelap. Penetasan telur kepiting dapat dilakukan dalam bak fibre glass yang berbentuk kerucut dengan volume 300-500 liter (Kanna, 2002).
Wadah dalam kegiatan pembenihan rajungan |
Penetasan telur kepiting dilakukan di bak-bak semen, akuarium kaca atau fiberglass, yang dilengkapi dengan aerator. Semua peralatan dan kebutuhan penetasan harus disiapkan untuk mendukung keberhasilan penetasan telur. Kordi (1997). Bak yang digunakan dalam pemeliharaan benih rajungan adalah 2 buah bak semen volume 6 ton. Bak ditempatkan di ruang terbuka dengan atap dari kaca agar mendapatkan cahaya yang cukup. Bak pemeliharaan benih dilengkapi dengan sistem aerasi dengan jarak aerasi satu dengan yang lainnya adalah 0,5 m. Bak sebagian ditutup dengan terpal yang berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu dalam bak pemeliharaan (Tanti dan Laksmi, 2010).
Bentuk wadah
Wadah yang digunakan dalam pembenihan rajungan dapat berupa bak oval yang dirancang, dan bak bulat volume 3.000 L yang dindingnya dicat warna hitam, dan bagian dasar bak dicat warna putih ( Susanto dkk., 2005).
Wadah-wadah pemeliharaan berbentuk bulat sangat baik, karena tidak adanya pojok-pojok dimana larva, makanan, dan kotoran lainnya dapat terakumulasi. Pemeliharaan larva dilakukan pada berbagai wadah dan ukuran yang disesuaikan dengan usaha. Untuk pemeliharaan larva komersial yang berskala besar, ukuran wadah 75-300 ton cukup besar. Sedangkan usaha-usaha kecil disesuaikan ketersediaan induk yang hendak ditetaskan ( Kordi, 1997).
Larva rajungan dipelihara dalam bak berbentuk bulat walaupun larva juga dapat dipelihara pada berbagai bentuk bak, tetapi yang lebih sesuai untuk pemeliharaan larva rajungan adalah bentuk bak bulat yang ditempatkan dalam ruangan yang memiliki intensitas cahaya dan suhu yang cukup (Susanto dkk., 2005).
Persiapan Wadah
Sebelum melakukan pembenihan, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan. Sarana dan prasarana pembenihan yang mau digunakan harus higienis, siap pakai, dan bebas dari bahan-bahan cemaran yang dapat mengakibatkan kegagalan proses pembenihan. Untuk itu, bak-bak yang akan dipergunakan untuk pembenihan harus dibersihkan, disikat dan dicuci dengan deterjen kemudian dikeringkan selama 2-3 hari. Pembersihan bak pembenihan juga dapat dilakukan dengan cara bagian dalam bak dengan kain yang telah dicelupkan ke dalam larutan bahan-bahan desinfektan, seperti chlorine dosis 150 ppm, kemudian didiamkan selama 1-2 jam. Kemudian, bak pembenihan dinetralisasi dengan larutan Na- Thiosulfat 50 ppm (Kanna, 2002).
Sumber : Rohmat Syaivudin MS. Budidaya Rajungan (Portunus pelagicus). Universitas Muhammadiyah Malang. 2016
Semoga Bermanfaat…