Stress merupakan suatu kondisi ketidaknyamanan secara fisik maupun
psikologis yang menimbulkan pelepasan hormone terkait stress. Stress dapat terjadi pada berbagai makhluk hidup. Stress pada
ikan didefinisikan sebagai terancamnya homeostasis ikan yang dibentuk oleh
srespon adaptif yang kompleks.
Durasi Stress pada ikan
Stress dapat berlangsung dalam jangka waktu singkat maupun panjang. Stress
jangka pendek cenderung memiliki dampak terhadap Kesehatan yang lebih
serius dibandingkan jangka panjang. Pada kondisi stress jangka pendek, ikan
lebih sering mengalami sakit dan kematian. Stress jangka pendek dapat
disebabkan oleh proses transportasi atau handling. Stres yang terjadi
jangka panjang menyebabkan adanya kesempatan masuknya patogen yang dalam
kondisi normal tidak berbahaya. Penyebab adanya stress jangka panjang
berasal dari perubahan kualitas air dan manajemen budidaya yang buruk.
Stress jangka panjang kerap kali ditandai dengan perubahan perilaku seperti
perubahan cara berenang, ketidakmampuan merespon predator, penurunan pola
makan, dan menyendiri.
Pemicu stress pada ikan (stressor)
Secara normal ikan dapat bertahan pada perubahan kondisi apapun selama
masih dalam rentang toleransinya. Namun demikian ikan dapat menjadi lemah
dan rentan terserang penyakit apabila mengalami perubahan yang melampaui
batas toleransinya. Perubahan inilah yang disebut dengan stressor. Terdapat
banyak sekali faktor yang dapat memicu stress pada ikan.
1. Kimia
Stressor kimia yang dapat memicu stress pada ikan sebagian besar berasal
dari lingkungan, seperti DO, pH, ammonia,nitrit, cemaran, dan produk
buangan lainnya. Amonia dan nitrit yang tinggi berpotensi menyebabkan
kerusakan jaringan dan membuat ikan lebih rentan terinfeksi. Komposisi
pakan yang tidak seimbang juga dapat menimbulkan stress.
2. Biologi
Stressor biologi dapat berasal dari tingkat kepadatan yang tinggi dan
keberadaan pathogen. Padat tebar yang tinggi akan meningkatkan penularan
penyakit virus antar ikan dan memicu stress yang memperparah penularan
penyakit.
3. Fisik
Stressor fisik berasal dari suhu, cahaya, suara, dan gas terlarut.
4. Stressor prosedural
Stressor ini berasal dari manajemen seperti handling, transportasi,
grading, dan penanganan penyakit yang kurang bak..
Gb. Stressor pada ikan (Alex N. Fedoruk – FAO, 1981) |
Kondisi yang membuat ikan rentan mengalami stress
Ikan budidaya rentan terhadap stress apabila berada dalam kondisi sebagai
berikut:
– padat tebar tinggi
– kualitas air buruk
– kelukaan akibat handling yang kasar
– ketidakcukupan nutrisi
– sanitasi yang buruk
Respon ikan terhadap stress
Respon stress pada ikan tidak jauh berbeda dengan hewan darat. Perbedaan
antara keduanya adalah keterlibatan parameter lingkungan perairan. Misalnya
saja pada kasus cemaran lingkungan. Ikan memiliki permukaan insang dan
kulit yang dapat terpapar langsung oleh cemaran dari air. Stressor dapat
mengganggu homeostasis ikan dan kondisi ini harus segera ditangani. Apabila
individu dapat menjaga homeostasis pada kondisi stress dengan baik, maka
stress dapat tertangani. Namun demikian terdapat indikasi variasi respon
stress pada ikan, bergantung pada adaptasi dari tiap ikan, sumber, dampak,
lingkungan, dan karakteristik stressor, dan jenis kelamin ikan. Respon
stress pada ikan melibatkan reaksi perilaku, neural, hormonal, dan
fisiologis. Respon ikan terhadap stressor dari lingkungan terbagi menjadi
primer, sekunder, dan tersier.
Respon primer
Respon ini dicirikan dengan perubahan system simpatetik-kromaffin dan aksis
hipotalamus pituitary-interrenal. Respon ini meliputi respon neuroendokrin
awal termasuk pelepasan katekolamin dari jaringan kromaffin sestra
stimulasi aksis hipotalamus pituitary-interrenal yang berujung dengan
pelepasan hormone stress, sirkulasi katekolamin dan kortisol.
Respon sekunder
Respon ini berupa perubahan ion plasma dan jaringan serta kadar metabolic,
gambaran hematlogi, dan heat chock atau protein stress (HSPs). Pada respon
ini, hormone stress mengaktivasi sejumlah jalur meabolik sehingga terjadi
perubahan kimia darah dan hematologic. Plasma glukosa juga dapat digunakan
sebagai indicator respon stress sekunder. Glukosa dihasilkan Ketika ikan
mengalami stress suplai energi ke jaringan seperti otak, insang, dan otot
untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan enerrgi saat darurat.
Respon tersier
Respon ini meliputi aspek performa dari populasi seperti pertubuhan,
kondisi, ketahanan terhadap penyakit, aktifitas metabolisme,penurunan
kapasitas reproduksi, dan kelangsungan hidup.
Ciri-ciri ikan mengalami stress
Ikan yang mengalami stress dapat mengalami perubahan fisik. Perubahan ini
berbeda-beda antar spesies dan bergantung pada pemicunya. Misalnya pada
benih ikan lele (C. gariepinus), stress akibat perubahan kualitas air pada
ikan ini akan ditandai dengan perubahan perilaku berenang dalam posisi
tegak. Sedangkan stressor limbah pupuk pada ikan lele dan nila
mengakibatkan perubahan frekuensi gerakan ekor/operculum atau terdapat
peningkatan produksi mucus. Secara laboratoris, ikan yang mengalami stress
juga dapat teramati perubahan parameter hematologi dan imunologi. Pada ikan
nila (O. niloticus) yang terpapar bahan kimia akan teramati depresi
hematopoiesis. Sedangkan pada ikan lele, paparan bahan kimia dapat
mengakibatkan pperubahan komponen darah dan kimia jaringan.
Dampak stress
Samahalnya seperti respon stress, dampak stress pada ikan pun berbeda-beda,
bergantung pada penurunan mekanisme pertahanan tiap ikan, kerusakan sisik
dan kulit, serta produksi antibody dan peradangan. Ikan dapat beradaptasi
terhadap stress pada waktu tertentu. Namun energi yang disimpan akan
menurun perlahan dan terjadi ketidakseimbangan hormonal, system kekebalan
menurun dan ikan menjadi rentan terhadap infeksi.
Pada benih, stress dapat memicu terjadinya kematian sebab pada usia
tersebut ikan masih lemah dan rentan terhadap stressor dari luar. Seiring
bertambahnya usia, dampak stress pada ikan dapat mengakibatkan
– Penurunan performa (pertumbuhan lambat)
– Perubahan parameter leukosit dimana terdapat heterofilia dan
lymphocytopenia
– Ketidaksimbangan reproduksi
– Peningkatan kerentanan terhadap penyakit
– Timbulnya kematian
– Penurunan kualitas daging
– Kerugian ekonomi.
Tabel dampak stress pada ikan
Stadium ikan |
Dampak stress |
benih |
Kematian tinggi |
tokolan |
Kematian tinggi |
juvenil |
Kematian sedang, penurunan pertumbuhan |
dewasa |
Penurunan pertumbuhan, dampak lebih rendah dari juvenil |
indukan |
Tingkat kesuburan menurun |
Penyakit ikan yang berkaitan dengan kondisi stress
Pada ikan, outbreak penyakit biasanya terjadi mengikuti stress fisiologis
dan lingkungan yang menyebabkan virus dapat bereplikasi secara massif atau
menular secara horizontal akibat tingginya jumlah virus [1]. Beberapa
penyakit viral yang dikaitkan dengan stress antara lain:
a. CEV (Carp edema Virus) dan KSD (Koi Sleepy Disease)
Infeksi CEV dapat bersifat subklinis. Dan stress transportasi akan memicu
KSD yang sebelumnya ada di ikan yang terinfeksi
b. VEN (Viral Erythrocytic Necrosis)
VEN berkaitan dengan stressor seperti infeksi sekunder, kadar oksigen yang
rendah, dan salinitas yang rendah.
c. WSIV (White Sturgeon Iridovirus)
Tingkat keparahan dan kejadian outbreak WSIV ini dipengaruhi adanya stress.
d. CCVD (channel Catfish Virus Disease)
Pada beberapa kasus, CCVD berkaitan dengan stress lingkungan dan kepadatan.
e. AngHV1 (anguiliid herpervirus 1)
Outbreak AngHV1 berkaitan dengan faktor stress seperti kualitas air yang
buruk dan penyortiran
f. EED (epizootic epitheliothropic Disease)
Telah diketahui bahwa EED biasanya terjadi pada musim gugur ketika suhu
mendekati 8–10°C dan sering dikaitkan dengan factor pemicu stress seperti
fin clipping.
g. IPNV (Infectious Pancreatic Necrosis Virus)
Pada IPNV beberapa strain avirulen dapat menjadi virulen bila ikan dalam
kondisi stress.
h. VHS (Viral Haemorrhagic Septicaemia)
Faktor nutrisi, kepadatan, kualitas air, handling yang kasar, atau infeksi
patogen dipastikan sebagai stressor umum yang memicu outbreak VHS
i. ISAV (infectious salmon anemia virus)
Kondisi stress seperti handling saat sortir, pengobatan, splitting, atau
pemindahan keramba dapat memicu outbreak penyakit ini.
j. VNN (Viral Nervous Necrosis)
Penularan VNN secara vertikal dapat meningkat frekuensinya apabila terjadi
stress akibat pemijahan berualang
Manajemen pengendalian stress pada ikan
Pengendalian stress pada ikan penting untuk memastikan bahwa ikan dalam
kondisi nyaman dan terjamin kesehatannya. Stress yang dikendalikan dengan
baik mampu mencegah berkembangnya patogen dan kematian pada ikan. Stress
jangka panjang dapat dicegah dengan melakukan pemantauan kualitas air
secara rutin. Sedangkan untuk stress jangka pendek dimana dapat menimbulkan
dampak besar dapat dicegah dengan menerapkan manajemen saat pemanenan,
handling, dan pengiriman.
a. Pemeliharaan kualitas air
Kualitas air yang baik akan mencegah penumpukan bahan organic. pH dan DO
juga penting untuk selalu dijaga kadarnya.
b. Padat tebar yang sesuai
Ikan yang ditebar harus diperhitungkan tidak melebihi daya tampung kolam.
Padat tebar terlalu tnggi mengakibatkan ikan harus berebutan dalam
mendapatkan pakan dan oksigen, sehingga dapat memicu stress.
c. Keseimbangan pakan
Ikan diberikan pakan sesuai kebutuhan nutrisi, spesies, umur, ukuran, dan
fungsi reproduksi. Pemberian pakan juga tidak boleh berlebih untuk mencegah
menumpuknya kotoran serta produk buangan lainnya.
d. Sanitasi yang baik
Pembersihan kolam yang disertai disinfeksi secara berkala atau setelah
panen dapat membantu menurunkan jumlah pathogen sehingga potensi stress
oleh pathogen berkurang.
e. Penggunaan anestetika
Anestetika atau obat bius digunakan untuk meminimalisir stress oleh
transportasi, breeding, dan aktifitas lainnya.
f. Manajemen pegiriman ikan yang baik
Pengelolaan pengiriman dengan mengatur waktu pengiriman, kondisi kendaraan,
dapat membantu menurunkan kematian ikan sebagai dampak stress perjalanan.
Saat pemanenan, disarankan untuk meminimalkan kelukaan dan stress dengan
menggunakan jaring yang halus. Proses pengiriman ikan harus memperhatikan
suhu dan kecukupan oksigen. Pemberian garam 0,1-03ppm dapat membantu
menjaga keseimbangan osmotic akibat stress.
g. Edukasi
Pemahaman tentang apa saja yang dapat menimbulkan stress diperlukan bagi
pembudidaya. Terutama mengenai dampak stress yang mengakibatkan ikan rentan
terhadap penyakit, turunnya hasil panen, dan kerugian ekonomi.
Referensi
Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M.G. (Ed). 2016. Aquaculture Virology.
Elsevier: UK
Bonga, S.E.W. 1997. The stress response in fish. PHYSIOLOGICAL REVIEWS Vol.
77, No. 3, July 1997
Gabriel, U.U. dan Akinrotimi, O.A. 2011. Management of stress in fish for
sustainable aquaculture development. Researcher 3(4)
Gree,C. dan Haukenes. 2015. The role of stress in fish disease. SRAC
Publication no 474.
Rottman, R.W., R. Francis-Floyd, R. Durborow. 1992. The role of stress in
fish disease. SRAC Publication No. 474
Shreck, C.B., L. Tort, A.P. Farrell, C.J. Brauner. 2016. Biology Of Stress
In Fish. Zoe Kruze: Chennai India