HAMA - PENYAKIT

Pengendalian Wereng Hijau Menggunakan Musuh Alami


Wereng
hijau (Nepotettix viriescens) merupakan salah satu hama penting 
pada  tanaman padi karena menularkan virus tungro yang dapat menurunkan
hasil hingga puso.  Penyakit tungro menyebabkan jumlah anakan berkurang
dan kehampaan gabah yang tinggi.  Usaha pengendalian yang banyak dilakukan
adalah penggunaan insektisida.  Namun, penggunaan  insektisida dapat
menimbulkan dampak negatif, bagi kesehatan manusia dan lingkungan sehingga
secara tidak langsung bisa menurunkan daya saing padi.  Dengan demikian
diperlukan strategi pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan seperti
penggunaan musuh alami.  Musuh alami yang biasa digunakan adalah predator,
parasitoid dan patogen karena dapat mencegah meningkatnya populasi wereng hijau
dan bermanfaat untuk pertanian berkelanjutan yang secara ekologis maupun
ekonomi menguntungkan.

Musuh
Alami adalah organisme yang menjadi faktor penghambat berkembangnya hama dan
pennyakit pada tanaman.  Pemanfaatan musuh alami (agens hayati) dalam
menekan kehilangan dan

kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT)
merupakan salah satu aspek penting yang sangat berpeluang untuk menjawab
tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, sehat, dan aman
dikonsumsi.  Produk semacam ini memiliki nilai tambah dan daya saing
tinggi yang lambat laun akan menjadi buruan pasar dunia karena memberikan
keuntungan lebih tinggi  dan manfaat kesehatan lebih besar.
Pemanfaatan
musuh alami memiliki beberapa keuntungan yaitu : 1) selektivitas tinggi dan
tidak menimbulkan hama baru, 2) organisme yang digunakan sudah tersedia di
alam, 3) organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya, 4)
dapat berkembang biak dan menyebar 5) hama tidak menjad resisten atau jika
terjadi sangat lambat, 6) pengendalian dengan sendirinya  (Van Emden 1976
dalam Lubis 2005).
Menurut
sebuah literatur, Serangga wereng mempunyai 79 jenis musuh alami yaitu 37
predator,  34 parasitoid dan 8 patogen. 
  • Predator : organisme yang
    memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator wereng hijau antara lain : 
  • Parasitoid : serangga yang
    memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang
    disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang
    (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid).
    Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago
    serangga hama (Korlina, E. 2011).  Beberapa spesies serangga parasit
    nimfa dan imago wereng hijau (N.virescens) antara lain Pseudogonatopus sp.
    (Hymenoptera: Drynidae) dan Pipunculid sp. (Diptera).   
  • Patogen : mikroorganisme yang
    menginfeksi organisme lain. Contoh agens hayati patogen yang telah
    diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan wereng hijau
    (N.viresens) adalah jamur entomopatogen diantaranya Beauveria bassiana dan
    Metharizium anisopliae. Aplikasi jamur entomopatogen tersebut menekan
    keperidian dan kepadatan populasi wereng hijau tetapi tidak mempengaruhi
    kepadatan populasi musuh alami (Widiarta dan Kusdiman  2007).
Untuk
melestarikan musuh alami seharusnya memperhatikan beberapa hal diantaranya : 1)
Tempat perlindungan musuh alami. 2) memodifikasi sitem budidaya tanaman. 3)
Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif.
Pangan
khususnya beras semakin dituntut untuk aman bagi konsumen, oleh karena itu
proses produksi yang ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit tungro perlu
dilakukan agar memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.  Salah
satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian penyakit tungro
adalah penggunaan musuh alami yang didukung oleh pola tanam polikultur,
pergiliran tanaman/varietas tahan serta penggunnaan pestisida secara bijaksana.
Upaya
yang mudah dilakukan dalam pengendalian wereng hijau ini antara lain penggunaan agensia
hayati dari golongan entomopatogen karena belakangan ini sudah banyak pihak/lembaga yang mengembangkan agensia hayati entomopatogen, tinggal bagaimana sosialisasi kepada
para petani bahwa pengendalian hama dan penyakit tidak harus dengan bahan-bahan
kimia melulu, tetapi akan lebih arif jika pengendalian hama dan penyakit
menggunakan bahan-bahan alami seperti musuh alami dan agensia hayati ini.
Semoga
bermanfaat.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top