Tanaman yang hidup di air merupakan bagian dari ekosistem perairan.
Keberadaannya dapat menguntungkan maupun merugikan. Tanaman air dapatt
menjadi tempat tinggal serangga air yang menjadi bahan makanan bagi ikan
karnivora maupun omnivora. Tanaman air juga dapat menjadi tempat berlindung
ikan dari predator yang lebih besar. Sebagian besar tanaman air tidak
menimbulkan masalah yang berarti. Akan tetapi Tindakan pengendalian harus
dilakukan apabila lebih dari 20-25% tanaman air menutupi permukaan air.
Pengendalian gulma air sebenarnya tidak bisa dikatakan mudah. Di negara
seperti China, gulma air banyak dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk. Namun
demikian, metode ini tidaklah muda untuk diterapkan di negara tropis. Hal
ini berkaitan dengan biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk
mengendalikan gulma air dengan frekuensi waktu tertentu untuk mencegah
menumpuknya tanaman tersebut. Ditambah lagi dengan mudahnya benih tanaman
air untuk menyebar. Sehingga pengendaliannya harus dengan membuang tanaman
air yang mati. Tanaman yang tenggelam lebih sulit dikendalikan. Sedangkan
yang setengah tenggelam jauh lebih mudah.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan
mengendalikan gulma air. Terkadang pengendalian gulma tidak hanya menggunakan satu metode, tapi beberapa metode sebagai kombinasi. Pemilihan metode pengendalian juga harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
a. Mencegah pertumbuhan
– Membuat konstruksi kolam tidak terlalu dangkal di bagian tepi untuk
menghindari pertumbuhan gulma tepian
– mencegah adanya endapan/sedimen dengan menghindari drainase yang berasal
dari tanah yang subur
– Rutin melakukan pembuangan endapan
– Memasang filter untuk mencegah masuknya gulma berserta sporanya.
– Memasang net yang diberi bahan antifouling untuk menghindari tumbuhnya
gulma di kolam
b. Memanfaatkan gulma air
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman air ini dapat dimanfaatkan
sebagai makanana, pupuk, serabut kertas, dan energi (biogas). Tanaman air
ini dapat dipanen untuk diberikan kepada spesies herbivora ataupun ikan
mas. Gulma air dapat dipanen 1-2 hari sekali untuk diolah kembali menjadi
kompos.
c. Pengendalian secara manual dan mekanik.
Pengendalian dengan metode ini paling baik dilakukan dengan
mempertimbangkan waktu pelaksanaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Waktu paling tepat pengendalian manual adalah ketika pertumbuhan vegetatif
aktif misalnya pada enceng gondok. Tanaman dibersihkan beserta bunga
sebelum muncul buah dan benihnya. Pengendalian secara manual dan mekanik
ini menggunakan alat bantu. Gulma air harus dipotong sedekat mungkin dengan
dasar kolam. Gulma air yang mengapung akan lebih mudah untuk dibuang. Namun
apabila jumlahnya cukup banyak maka membutuhkan alat yang lebih besar
seperti weed cutter. Cara mekanik lainnya adalah dengan mendorong
gulma menggunakan tangan, tali atau kabel. Metode ini hanya efektif pada
lingkungan perairan yang tidak luas. Terkadang bila sudah tidak mampu,
pengendalian akan dialihkan secara kimia atau biologis.
d. Pengendalian secara kimia
Pengendalian ini dilakukan menggunakan herbisida. Herbisida menjadi pilihan
untuk membasmi gulma air secara cepat. Penggunaannya tidak bisa dilakukan
saat proses budidaya berlangsung sebaba bahan ini berbahaya bagi hewan
akuatik. Setelah aplikasi, gulma air yang telah mati juga harus segera
disingkirkan. Kekurangan dari metode ini adalah nutrien yang dilepaskan
dari gulma dapat menambah kesuburan air. Herbisida juga berpotensi
mempengaruhi terjadinya blooming plankton. Keefektifan penggunaan herbisida
ini bergantung pada faktor pertumbuhan gulma, waktu, metode, dan kondisi
perairan. Berbagai jenis herbisida dapat digunakan. Namun tidak semua
negara membebaskan penggunaannya. Kuprisulfat (CuSO4) menjadi bahan
herbisida yang paling banyak digunakan, terutama untuk mengontrol alga.
Contoh bahan herbisida lainnya adalah Copper chelates, 2,4D low volatil
ester granules, 2,4 D amine,Diquat, Endothall, Fluridone, Fosamine,
Glyphosate.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan Ketika menggunakan
herbisida untuk membasmi gulma air:
– lakukan identifikasi tanaman. Hal ini akan membantu menyesuaikan jenis
herbisida yang akan digunakan
– menentukan luasan dan volume air dari wilayah yang akan dilakukan
penyemprotan
– Menggunakan herbisida yang teregistrasi
– Menggunakan peralatan pengaman seperti sarung tangan dan googles
– Melakukan penakaran yang tepat dan tidak berlebihan
e. Pengendalian secara biologi
Pengendalian ini termasuk cara paling murah dan minim efek samping. Metode
ini menggunakan ikan atau spesies akuatik herbivora lainnya. Spesies yang
dimaksud antara lain Ctenopharyngdon idella, grass carp, nila, tawes,
nutria (Myocaster coypus), muskrats, manatee atau seacow, bebek dan angsa,
kumbang atau larvae dan keong. Penggunaan unggas air sebagai pengendali
biologis gulma air cukup efektif untuk mengurangi tanaman air tipe
tenggelam dan tepian. Akan tetapi keberadaan unggas air terlalu banyak
dapat menimbulkan permasalahan baru sebab kotorannya dapat menyuburkan air.
Pengendalian secara biologi ini keefektifannya bervariasi, bergantung pada
preferensi ikan terhadap jenis gulma serta umur dan ukuran ikan. Penggunaan
pakan komersial juga menurunkan keefektifan penggunaan ikan sebagai kontrol
biologis. Di perairan umum, penggunaan pengendali biologis tentunya lebih
efektif. Contoh lain pengendalian secara biologis adalah dengan menggunakan
pupuk inorganik untuk menghasilkan blooming fitoplankton guna membunuh
gulma air yang tenggelam. Pada beberapa kondisi, metode ini cukup efektif.
Disamping membatasi pertumbuhan gulma air, metode biologis lainnya adalah
dengan menggunakan biofilter.
Referensi
Chichowlaz, S.D . (ed). Aquatic pest control. Nevada State Department of
Agriculture
Indiana Department of Natural Resurces & Indianan Division of Fish
and Wildlife. Indiana Fish Pond Management.
T.V.R Pillay. 2005. Aquaculture principles and practices, First Indian
reprint pp-216-227.