BUDIDAYA

Pencegahan Penyakit pada Budidaya Udang

Pencegahan adalah metode pertama dan utama yang harus dilakukan pada budidaya perikanan. Tindakan ini mencakup banyak aspek yang bertujuan untuk meminimalisir masuknya patogen dan mempertahankan kesehatan udang sekaligus untuk menghindari timbulnya kerugian. Penyakit pada udang pada dasarnya ada yang bersifat infeksius dan non infeksius. Penyakit yang non infeksius sebenarnya dapat dicegah dengan mengendalikan faktor lingkungan dan memperbaiki nutrisi udang.

Sedangkan penyakit infeksius dasar dari tehnik pencegahannya adalah dengan mengendalikan faktor ekologisnya (hubungan antar organisme dengan lingkungan hidupnya) dibandingkan menggunakan bahan kimia. Dalam budidaya udang, tindakan pencegahan dilakukan baik pada fase hathcery dan pembesaran. Meskipun tidak ada program pencegahan yang sangat ideal, namun terdapat rekomendasi pencegahan umum yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan.

Hatchery / Unit pembenihan

Lokasi
Hatcheryberada pada lokasi dengan kualitas air yang baik untk melakukan budidaya, pemeliharaan larva, indukan, pemijahan hingga kultur fitoplankton

Air

– Berasal dari sumber yang bebas polutan
– Selalu didisinfeksi dengan kalsium hipoklorit (20-30ppm) minimal 12 jam atau sodium hipoklorit 150ppm selama 1-2 hari. Klorin juga harus dinetralisir dengan sodium thiosulfate.
– Disaring baik menggunakan sand filter dan UV.
– Air dapat diendapkan dan difiltrasi menggunakan biofilter
– Gunakan mesh saat memasukkan air ke wadah budidaya
– Air selalu di aerasi
– Penggantian air dilakukan secara setiap hari dari zoea I (40-50% total volume air)
– Pakan yang tidak termakan, sedimen, debris, alga, dan kotoran di dasar disipon

Sarana

– Selalu dalam kondisi bersih
– Direkomendasikan menggunakan peralatan secara terpisah untuk tiap bak.
– Terdisinfeksi dan dibilas dengan baik. Klorin 400ppm dapat digunakan lalu dibilas dengan air tawar.
– Pada wadah permanen seperti beton atau sejenisnya, pengecatan menggunakan bahan yang tidak beracun. Gunakan juga bahan yang aman untuk peralatan lainnya seperti ember, gayung, dll
– Simpan peralatan pada tempatnya untuk menghindari kontaminasi.
– Bersihkan wadah budidaya antar pergantian siklus

Personel
– Tangan harus selalu dalam kondisi steril sebelum melakukan aktifitas seperti persiapan pakan atau tugas lainnya
– Alas kaki selalu didisinfeksi dengan 200ppm klorin atau 3% lisol saat akan masuk ke area hatcheri
– Melakukan pembatasan orang yang keluar-masuk hathceri

Pakan
– Jumlah optimal, berkualitas baik dan bebas patogen (terutama untuk pakan hidup)
– Untuk pakan alami, gunakan kultur baru dan murn
– Artemia yang didekapsulasi disterilisasi dengan 10ppm formalin atau 30ppm klorin, bilas 1 jam sebelum digunakan
– Pakan berupa cumi, kerang, dll harus disimpan beku

Pemijahan
– indukan yang baru datang dikarantina dahulu
– Sebelum pemijahan: siapkan air mengalir untuk menghilangkan kotoran di permukaan
– Saat pemijahan: membersihkan kotoran yang ada
– Jika akan dilakukan rematurasi, lakukan karantina minimal 2 minggu terlebih dahulu

Telur dan Larvae 
– Telur dikumpulkan dan  dibilas menggunakan mesh beberapa kali dengan air bersih. Telur dapat didisnfeksi dengan 20ppm deterjen selama 2-4 jam, lalu dibilas dengan air sebelum ditetaskan
– Pisahkan nauplii sehat dari telur yang tidak menetas dan nauplii yang lemah
– Hanya menstok nauplii yang sehat dengan kepadata yang optimal (50000-100000nauplii per ton dan 10000-30000 postlarvae per ton)
-Nauplii dapat disiinfeksi dengan perendaman 20-30ml formalin atau 200-300ppm / 0,1 ppm iodophore
– Melakukan pemantauan harian larvae secara mikroskopis

Pembesaran

– Lokasi bebas dari kawasan industri, pemukiman, dan pertanian
– Lahan harus kering, lapisan hitam pada tanah dari budidaya sebelumnya dibuang, serta melakukan pembalikan tanah. Pemberian kapur 200-600kg/ha (bergantung pH tanah) dan saponin (teaseed cake) untuk mensterilisasi lahan. Parit-parit harus bebas dari hewan liar.
– Hanya menebar PL yang sehat dengan kepadatan optimum, hindari stress
– Air termonitor dengan baik untuk warna, kecerahan,dan kualitasnya. Jika memungkinkan tanpa penggantian air atau jika harus, lakukan seminimal mungkin. Air harus bebas kontaminasi virus. Air pemeliharaan sebelum masuk ke tambak diendapkan terlebih dahulu pengalirannya menggunakan filter.
– Pakan seimbang, berkualitas, dan cukup serta menghindari pakan berlebih.
– Sarana selalu didisinfeksi dana melakukan sanitasi
– pemeriksaan kesehatan: dilakukan secara rutin. Perilaku udang harus diamati seksama
– Jika terjadi kematian, lakukan eradikasi udang yang sakit/mati dengan cara yang benar dan tepat.

Referensi

Alavandi, S.V., Vijayan, K.K., Rajendran, K.V. 1995. Shrimp Disease, Their Prevention and Control. Central Institute of Brackishwater Aquaculture: Madras

Chen, D. 1992. Preventive Used on shrimp farms in China. Proceedings of A workshop in Honolulu, Hawaii 27-30 April 1992

Direktorat Produksi. 2014. Petunjuk Teknis budidaya udang baname semi intensif. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta

LeaMaster, B.R. Shrimp Health Management Procedures. Proceedings of A workshop in Honolulu, Hawaii 27-30 April 1992

Lio-Po, G.D., F.E.R. Cruz., M.C.L. Baticados, A.T. Llobrera. 1989. Recommended practices for disease prevention in prawn and shrimp hatcheries. Aquaculture Department Southeast Asian Fisheries Development Center Tigbauan, Iloilo, Philippines

Raja, R.A., T. Bhuvaneswari, S. Kumar. 2012. Common Bacterial And Viral Diseases Of Pacific White Shrimp, Litopenaeus Vannamei. dalam Otta, S.K. dan Patil, P.K. 2012. Training Programme On Management Of Emerging Diseases Of Shrimp With Special Reference To Pacific White Shrimp, Litopenaeus Vanname. Aquatic Animal Health And Environment Division Central Institute Of Brackishwater Aquaculture: Chennai

Most Popular

To Top