Ikan botia (Chromobotia macracanthus) atau lebih dikenal dengan nama
clown loach merupakan spesies ikan hias air tawar dari Famili Cobitidae yang
distribusinya terbatas hanya di pulau Kalimantan dan Sumatera saja. Di
Kalimantan, Ikan Botia menghuni Sungai Barito, Kahayan, Kapuas, Bongan dan
Mahakam. Sedangkan di Sumatera, ikan hias ini menghuni Sungai Pangabuang,
Kwanten, Batanghari, Teluk Betung, Musi dan aliran sungainya, Danau Minanjau
(Weber and de Beaufort, 1916 dalam Kusumah, 2007), serta Sungai Tulang
Bawang.
clown loach merupakan spesies ikan hias air tawar dari Famili Cobitidae yang
distribusinya terbatas hanya di pulau Kalimantan dan Sumatera saja. Di
Kalimantan, Ikan Botia menghuni Sungai Barito, Kahayan, Kapuas, Bongan dan
Mahakam. Sedangkan di Sumatera, ikan hias ini menghuni Sungai Pangabuang,
Kwanten, Batanghari, Teluk Betung, Musi dan aliran sungainya, Danau Minanjau
(Weber and de Beaufort, 1916 dalam Kusumah, 2007), serta Sungai Tulang
Bawang.
Ikan botia memiliki banyak penggemar baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Hal ini terlihat dari persentase yang cukup besar akan penggiriman
komoditas ini keluar negeri pada tahun 2009 untuk negara Perancis dengan
jumlah permintaan 4.000 ekor tiap bulan (Pikiran Rakyat, 2009) dalam (Aras,
2011). Selain itu, harga jual yang tinggi bisa mencapai tujuh euro di Eropa dengan
ukuran lima sentimeter dan Rp 6.000 per ekor di Indonesia membuat komoditas
ini diincar oleh para petani ikan hias dan hobiis untuk dibudidayakan atau dijual
kembali kesesama hobiis dengan harga yang lebih tinggi lagi. Menurut United
Nation Commodity Trade Statistics Database (2010) yang dikutip Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2011) dalam Aras (2011),
nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2006 sebesar USD 9,4 juta dan naik
menjadi USD 11,66 juta tahun 2009.
luar negeri. Hal ini terlihat dari persentase yang cukup besar akan penggiriman
komoditas ini keluar negeri pada tahun 2009 untuk negara Perancis dengan
jumlah permintaan 4.000 ekor tiap bulan (Pikiran Rakyat, 2009) dalam (Aras,
2011). Selain itu, harga jual yang tinggi bisa mencapai tujuh euro di Eropa dengan
ukuran lima sentimeter dan Rp 6.000 per ekor di Indonesia membuat komoditas
ini diincar oleh para petani ikan hias dan hobiis untuk dibudidayakan atau dijual
kembali kesesama hobiis dengan harga yang lebih tinggi lagi. Menurut United
Nation Commodity Trade Statistics Database (2010) yang dikutip Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (2011) dalam Aras (2011),
nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2006 sebesar USD 9,4 juta dan naik
menjadi USD 11,66 juta tahun 2009.
Produksi ikan botia masih bergantung hasil tangkapan dari alam,
sedangkan keberhasilan upaya budidayanya sendiri masih berlangsung dalam
skala laboratorium.
sedangkan keberhasilan upaya budidayanya sendiri masih berlangsung dalam
skala laboratorium.
Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi ikan botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) menurut Kottelat (2004) dalam Kusumah (2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordate
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Teleostei
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cobitidae
Genus : Chromobotia
Spesies : Chromobotia macracanthus Bleeker
Ikan botia |
Sebelum Kottelat mempublikasikan papernya pada tahun 2004, ikan botia
diklasifikasikan ke dalam genus Botia. Terungkapnya beberapa perbedaan
karakter morfologi Botia macracanthus terhadap genus Botia lainya, mendorong
DR. Maurice Kottelat mengusulkan genus baru, yaitu Chromobotia, dalam sistem
klasifikasi subfamily Botiinae dimana Chromobotia macracanthus merupakan
satu-satunya spesies (spesies monotypic) dari genus tersebut. Kottelat (2004)
dalam Kusumah (2007) menyatakan bahwa usulan yang diajukan tersebut mengacu pada publikasi Taki (1972) yang jauh sebelumnya telah menemukan
perbedaan diantara kedua genus tersebut (Chromobotia dan Botia) namun tidak
memberikannya nama baru.
diklasifikasikan ke dalam genus Botia. Terungkapnya beberapa perbedaan
karakter morfologi Botia macracanthus terhadap genus Botia lainya, mendorong
DR. Maurice Kottelat mengusulkan genus baru, yaitu Chromobotia, dalam sistem
klasifikasi subfamily Botiinae dimana Chromobotia macracanthus merupakan
satu-satunya spesies (spesies monotypic) dari genus tersebut. Kottelat (2004)
dalam Kusumah (2007) menyatakan bahwa usulan yang diajukan tersebut mengacu pada publikasi Taki (1972) yang jauh sebelumnya telah menemukan
perbedaan diantara kedua genus tersebut (Chromobotia dan Botia) namun tidak
memberikannya nama baru.
Morfologi dan Daerah Sebaran Ikan Botia
Ikan botia memiliki bentuk tubuh memanjang dan pipih, perut hampir lurus,
posisi lengkung sirip punggung lebih depan daripada sirip perut, memiliki empat
pasang sungut. Warna dasar tubuh merah jingga kekuning-kuningan, yang dibalut
warna hitam di tiga tempat. Satu memotong di kepala persis melintas di mata, di
tengah tubuh agak lebar, terakhir di pangkal ekor merambat sampai sirip
punggung. Sirip ekor tebal terbagi dengan ujung lancip, warna oranye dengan
ujung kemerahan. Sirip anus hitam, dengan tulang sirip kuning, sirip dada
berwarna merah darah. Botia memiliki duri di bagian bawah matanya.
posisi lengkung sirip punggung lebih depan daripada sirip perut, memiliki empat
pasang sungut. Warna dasar tubuh merah jingga kekuning-kuningan, yang dibalut
warna hitam di tiga tempat. Satu memotong di kepala persis melintas di mata, di
tengah tubuh agak lebar, terakhir di pangkal ekor merambat sampai sirip
punggung. Sirip ekor tebal terbagi dengan ujung lancip, warna oranye dengan
ujung kemerahan. Sirip anus hitam, dengan tulang sirip kuning, sirip dada
berwarna merah darah. Botia memiliki duri di bagian bawah matanya.
Ikan botia yang berasal dari beberapa DAS di Sumatera dan Kalimantan.
Penyebaran benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari
mulai dari terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran induk
ikan botia mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten
Tebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang
(tidak berarus deras). Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar),
yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan
adalah 24-28oC, pH: 6-7,5, kesadahan air 5-15 mg/ldan kadar oksigen 3-5 ppm.
Penyebaran benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari
mulai dari terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran induk
ikan botia mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten
Tebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang
(tidak berarus deras). Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar),
yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan
adalah 24-28oC, pH: 6-7,5, kesadahan air 5-15 mg/ldan kadar oksigen 3-5 ppm.
Kebiasaan Makan
Penelitian habitat asal dan makanan ikan botia di alam, yaitu Sungai
Batanghari yang telah dilakukan oleh Rahardjo et al. (1995) dalam Chumaidi dkk.
(2005) menunjukkan bahwa makanan ikan botia meliputi krustasea, insekta,
nematode dan alga. Ikan botia kecil berukuran 6 cm mengkonsumsi tumbuhan air
dan lebih menyukai pakan alami seperti udang-udang kecil, cacing rambut
(Tubifex sp.) dan cacing tanah (Chrironomus sp.) (Satyani dkk., 2006) di habitat
pemeliharaan.
Batanghari yang telah dilakukan oleh Rahardjo et al. (1995) dalam Chumaidi dkk.
(2005) menunjukkan bahwa makanan ikan botia meliputi krustasea, insekta,
nematode dan alga. Ikan botia kecil berukuran 6 cm mengkonsumsi tumbuhan air
dan lebih menyukai pakan alami seperti udang-udang kecil, cacing rambut
(Tubifex sp.) dan cacing tanah (Chrironomus sp.) (Satyani dkk., 2006) di habitat
pemeliharaan.
Pertumbuhan ikan pada umumnya ditentukan oleh kandungan gizi pakan
dan disukai ikan terhadap pakan yang diberikan. Ikan botia diketahui menyukai
pakan pelet dan ikan rucah (Subagja et al., 1997) dalam (Chumaidi dkk., 2005).
Tingkat konsumsi ikan botia yang berasal dari alam terhadap pakan buatan dan
hidup hingga kini belum diteliti secara mendalam. Pakan komersial yang ada di
pasaran dengan formulasi khusus serta disukai ikan botia belum tersedia.
dan disukai ikan terhadap pakan yang diberikan. Ikan botia diketahui menyukai
pakan pelet dan ikan rucah (Subagja et al., 1997) dalam (Chumaidi dkk., 2005).
Tingkat konsumsi ikan botia yang berasal dari alam terhadap pakan buatan dan
hidup hingga kini belum diteliti secara mendalam. Pakan komersial yang ada di
pasaran dengan formulasi khusus serta disukai ikan botia belum tersedia.
Reproduksi Ikan Botia sp.
Botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu
sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk
botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran
sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak.
Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan.
Benih ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap.
Botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram, untuk botia jantan dan
untuk botia betina ± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.
sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk
botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran
sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak.
Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan.
Benih ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap.
Botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram, untuk botia jantan dan
untuk botia betina ± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.
Sumber : Universitas Airlangga
Semoga Bermanfaat…