Ikan

Mencegah dan Mengatasi stress pada udang

Stress dalam budidaya udang merupakan suatu permasalahan yang dapat
berdampak terhadap produksi. Individu yang mengalami stress akan mengalami
penurunan performa dan akibatnya adalah turunnya bobot jual di pasaran.
Stress sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Untuk mengatasi stress, hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu faktor-faktor
apa saja yang dapat memicu stress. Hal ini dapat diketahui dengan memeriksa
kembali data-data pemantauan rutin. Data kualitas air, pakan, plankton,
aplikasi bahan kimia, padat tebar, kesehatan udang, dll. Misalnya saja
kondisi air yang megalami penurunan pH dan alkalinitas. Hal ini menimbulkan
stress pada udang sehingga tindakan perbaikan harus diambil. Pemberian
sodium bicarbonate (NaHCO3), sodium carbonate (Na2CO3), atau calcium
carbonate (CaCO3) dapat membantu menstabilkan nilai keduanya [2].

Untuk
kadar oksigen yang turun, pergantian air dan penambahan aerasi dapat
menjadi pilihan. Pada benur yang akan ditebar, perhitungan jumlah benur
yang akan ditebar penting untuk meminimalkan stress pada saat tebar.
Pengiriman benur pun harus disesuaikan pada malam hari untuk menghindari
stress akibat suhu [5].

Stress pada udang dapat dicegah dengan selalu melakukan pemantauan dan
perbaikan secara rutin [2]. Mungkin cukup merepotkan, sebab harus
mengumpulkan data lapangan yang berjadwal selama budidaya berlangsung.
Namun ini adalah cara terbaik untuk menghindari stress pada udang dan
membuat udang nyaman dalam habitatnya. Stress dapat muncul apabila udang
dibiarkan berada dalam kondisi lingkungan yang tidak optimal selama
beberapa hari. [2]. Oleh karenanya pemantauan kualitas air menjadi penting
untuk mencegah dan menurunkan stress pada udang. Populasi udang juga harus
diperhitungkan diawal masa tebar agar tidak terlalu padat [4]. Perhitungan
jumlah benur ada baiknya dilakukan di tempat asal untuk menghindari stress
di lokasi pembesaran [6]. Penebaran benur juga disarankan pada dini hari
atau jelang malam saat suhu cukup dingin untuk mengurangi stress [7].Kualitas dan jumlah pakan juga harus diperhatikan. Pakan yang terkontrol
dengan baik membantu terpenuhinya nutrisi udang sehingga udang menjadi
kebal terhadap stress dan penyakit [4]. Vitamin E dan vitamin C banyak
digunakan untuk mengendalikan stress pada budidaya. Astaxanthin dan asam
lemak tak jenuh ditemukan dapat menurunkan kerentanan terhadap stress [8].

Penggunakan individu resisten nampaknya juga dapat meningkatkan toleransi
terhadap adanya patogen. Domestikasi dapat membantu mentoleransi stress
budidaya. Strain yang toleran terhadap stress menyebabkan individu kurang
begitu rentan terhadap penyakit. Hal ini dapat digunakan untuk mensubtitusi
strain yang rentan terhadap penyakit tertentu di suatu wilayah. [8].

Perbaikan fasilitas budidaya juga penting untuk mencegah dan meminimalisir
munculnya stress. Misalnya saja pembuatan filter air yang dapat mencegah
masuknya vector terutama untuk WSSV. Penggantian air juga harus
diminimalkan untuk menjaga kualitas air agar tidak berfluktuasi [8].


Referensi

1. Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M.G. (Ed). 2016. Aquaculture Virology.
Elsevier: UK

2. Felix, S., T. Samocha, M. Menaga. 2021. Vannamei Shrimp Farming. CRC
Press: Boca Raton

3. CIBA. 2005. Diagnosis and Management of Shrimp Disease. Training
Programme Central Institute of Brackishwater Aquaculture 21-26 November
2006

4. FAME. 2020. Aquatic biosecurity standard operating procedures (SOPs) for
grow-out farms. Pacific Community: Noumea, New Caledonia

5. Fast, A.W. & Lester, L.J. 1999. Marine Shrimp Culture: Principles
and Practices. Elsevier Science BV: Armsterdam

6. Brackishwater Aquaculture Information System. (1988). Biology and
culture of Penaeus monodon. Tigbauan, Iloilo, Philippines: SEAFDEC
Aquaculture Department.

7. Felix, S. 2013. Advances In Shrimp Aquaculture Management. Daya
Publishing house: New Delhi

8. Anonim. Stress – Various Stress Factors in Shrimp Farming

Most Popular

To Top