MEDSOS

Konten Keislaman di Dunia Maya Diharapkan Berkualitas


Konten
Keislaman di Dunia Maya Diharapkan Berkualitas
Guru Besar Ilmu Komunikasi Fikom Universitas
Padjadjaran Bandung Prof Deddy Mulyana mengatakan, tumbuh suburnya konten
keislaman tidak bisa disebut sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Menurut
dia, perlu ada penelitian mendalam di lapang an terkait hal tersebut.
Meski demikian, Deddy mengakui, perkembangan dakwah
di era milenialcukup berbeda dengan masa sebelumnya. Misalnya, jika di media,
dakwah yang disajikan bisa lebih cair dan ringkas. Unsur hiburan biasanya lebih
men dominasi konten tersebut. Namun, konten dakwah yang ringkas dan cair
terkadang di bumbui drama. Materinya pun terkadang masih harus dicek
kebenarannya karena tak menutup kemungkinan adanya unsur hoaks.
“Tapi, saya lihat secara umum, selain instan, cepat,
dramatis, memang tampaknya orientasi hiburan lebih tinggi, ujar Prof Deddy
kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Saat ini, dakwah didorong untuk tampil lebih gaul
atau ngepop. Itu sebabnya dia menilai sulit untuk membedakan selebritas dengan
pendakwah. Deddy justru mempertanyakan dampak dari model dakwah atau maraknya
konten keislaman saat ini kepada umat Islam. Apakah dakwah dan konten tersebut
mampu membawa perubahan lebih kepada pendengarnya?
Untuk mengetahui hal itu, diperlukan penelitian
mendalam di lapangan. Menurut saya, dakwah yang benar itu tergantung
kredibilitas dan niat pendakwah sendiri. Kalau dia punya keinginan, ketulusan,
bicara dari hati akan diterima oleh hati. Tapi, kalau misalnya semata-mata
ingin mengejar popularitas supaya iklan masuk, saya agak meragukan, meskipun penelitian
di lapangan penting, tuturnya.
Deddy berharap konten keislaman yang diterbitkan di
dunia maya benar-benar berkualitas. Materi tersebut pun dapat berdampak terhadap kehidupan
sehari-hari mereka yang mendengarkan, misalnya dapat menurunkan angka korupsi.
Terkait penyebab meningkatnya konten keislaman, Prof Deddy menduga banyak
faktor yang memengaruhi. Adanya rangkaian demo besar umat Islam bisa menjadi
penyebab peningkatan konten keislaman tersebut.
Selain itu, bisa jadi karena terjadinya keterasingan
seseorang dari lingkungan sekitarnya sehingga media sosial pun dipilih sebagai
alternatif oleh mereka yang membutuhkan komunitas.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top