Bahan Baku Pakan Ikan

Kandungan Gizi Tepung Daun Singkong

Kandungan Protein dan Asam Amino
Bahan baku dikategorikan sebagai sumber protein jika kandungan proteinnya lebih dari 18%, sedangkan tepung daun singkong mengandung protein 27% sehingga bisa disebut sumber protein. Kandungan protein dan profil asam amino tepung daun singkong dibandingkan dengan bahan sumber protein lainnya terdapat pada Tabel 3.

Kandungan asam amino esensial tepung daun singkong terutama lisin (2,00%) dan metionin (0,40%) lebih rendah dibandingkan dengan tepung ikan (5,02%; 1,86%), bungkil kedelai (2,76%; 0,60%) tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan DDGS (0,74%; 0,49%). Rasio asam amino lisin terhadap protein tepung daun singkong adalah (7,4%) setara dengan nilai pada tepung ikan (7,7%) dan  lebih tinggi dari bungkil kedelai (6,30%). Hal ini berarti bahwa pemanfaatan tepung daun singkong dalam formula mampu memenuhi kebutuhan asam amino tanpa harus meningkatkan kandungan protein pakan. Rasio antara asam amino dalam tepung daun singkong juga relatif seimbang.
Kandungan Energi
Energi bukan merupakan salah satu dari nutrien, tetapi energi adalah kalor (panas) yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Untuk kebutuhan energinya ikan budidaya menggunakan protein dan lemak sebagai sumber utama dan karbohidrat sebagai sumber sekunder. Informasi yang tersedia tentang kandungan energi tepung daun singkong relatif masih sangat kurang. Namun demikian hal tersebut dapat diprediksi dari kandungan proksimat tepung daun singkong (Tabel 4).

Kandungan Vitamin dan Mineral
Menurut Katsir (2002), kandungan Fe, Mn, Zn, Niacin, Riboflavin, dan aktivitas vitamin A dalam tepung daun singkong berturut-turut adalah 467 mg/kg; 115 mg/kg; 7,87 g/kg; 43 mg/kg; 67,2 mg/kg; 10,7 mg/kg; dan 2.000 x 103 IU/kg.
Kandungan Anti Nutrisi
Faktor anti nutrisi pada singkong dan tepung daun singkong adalah kandungan HCN yang diperoleh dari Amyglandin, Dhurrin, dan Linamarin (Cheeke, 1992). Cheeke (1992) menambahkan bahwa kandungan HCN pada singkong dan daun singkong berturut-turut adalah 53 mg/100 g dan 104 mg/100 g. Namun demikian tidak semua jenis singkong mempunyai kandungan HCN yang tinggi. Beberapa tanaman singkong (varietas tertentu) mempunyai kandungan HCN rendah dan dapat dikonsumsi langsung untuk manusia, ternak maupun ikan tanpa menimbulkan efek samping. Tepung daun singkong untuk pakan ternak dan ikan tidak dipilih dari varietas manapun, sehingga diperlukan proses untuk meminimalkan atau menghilangkan kandungan HCN.
Golez (2002) menjelaskan bahwa daun singkong jika direndam selama 12-16 jam atau dipucatkan dengan air mendidih akan menghilangkan HCN dan menghasilkan tepung daun singkong yang aman untuk ikan. Cheeke (1992) berpendapat bahwa perendaman daun singkong akan mengaktifkan konversi cyanogenic glycoside menjadi HCN, dan jika dibilas dengan air akan menghilangkan kandungan HCN-nya. Cara lain adalah dengan memasak dengan air pada suhu yang stabil agar enzim menjadi rusak, sehingga tidak akan terbentuk HCN. Prinsip menghilangkan anti nutrisi pada daun singkong dengan melarutkan dalam air atau memanaskan bisa dimodifikasi. Salah satu caranya adalah dengan pengeringan di bawah sinar matahari. Metode ini lebih ekonomis dan cocok dilakukan di Indonesia, walaupun akan mengalami kesulitan jika singkong dipanen pada musim penghujan. Fasuyi (2005) melakukan berbagai percobaan untuk mengurangi anti nutrisi pada daun singkong. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari dan pencabikan dapat mengurangi tingkat HCN pada tingkat yang tidak berbahaya.
Secara umum kandungan nutrisi tepung daun singkong juga tergantung pada umur tanaman. Menurut Webeto et al. (2006), Kandungan protein, Fe, karoten, dan fosfor tepung daun singkong lebih tinggi pada umur 12 bulan dibandingkan umur 17 bulan. Sedangkan pada umur 17 bulan kandungan vitamin C, Zn, dan kalsium meningkat.

Sumber : Sukarman. Baebagai Alternatif Bahan Baku Untuk Pakan Ikan. Media Akuakultur Volume 6 Nomor 1 Tahun 2011
 
Semoga Bermanfaat…

Most Popular

To Top