Blooming alga

Eutrofikasi pada perairan

Eutrofikasi adalah peristiwa pengayaan air oleh unsur nitrogen dan fosfor. Masuknya unsur hara menyebabkan perairan menjadi subur sehingga meningkatkan pertumbuhan plankton cyanophyta dan chrlorophyta. Peningkatan pertumbuhan alga ini akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Eutrofikasi dapat terjadi akibat penuaan badan air secara bertahap maupun dari polusi nutrisi secara antropogenik.

Eutrofikasi disebabkan oleh nutrisi nitrogen dan fosfor. Nitrogen adalah penyebab utama eutrofikasi di muara dan wilayah pesisir beriklim sedang, sedangkan fosfor bertanggung jawab atas banyak sistem estuari dan pesisir tropis. Keduanya dapat diperoleh dari:

  • Limbah industri yang mengandung senyawa fosfat dan nitrogen
  • Erosi tanah dimana dalam tanah terkandung fosfat dan nitrat kemudian terbawa ke air dan terakumulasi
  • Kotoran ternak yang mengandung nitrogen dan limbahnya terbawa ke sungai kemudian mengendap dalam perairan
  • Limbah pertanian banyak mengandung nitrogen. Sedangkan limbah rumah tanggan banyak mengandung fosfor.
  • Limbah rumah tangga

Eutrofikasi mudah terjadi di pantai dan badan perairan perbatasan yang memperoleh input nutrisi antropogenik sepeeri di teluk Meksiko, Mediterania, Laut Utara, Laut Baltik, Jepang. Di Indonesia, eutrofikasi terjadi di teluk Jakarta. Pada waduk, tingkat eutrofikasi dibagi menjadi beberapa tingkatan: mesotrofik (kesuburan rendah), oligotrofik (kesuburan sedang), eutrofik (kesuburan tinggi), dan hipereutrofik (kesuburan sangat tinggi). Beberapa waduk di Indonesia tercatat mengalami penyuburan berat seperti waduk Saguling, Cirata, Karangkates, Sutami, dan Sengguruh dengan eutrofikasi terberat di waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.

Terjadinya eutrofikasi dapat menimbulkan blooming alga, penurunan oksigen juga dapat menurunkan penetrasi matahari ke kolom air, sehingga mengurangi kedalaman sebaran makroalga dan rumput laut. Keseimbangan ekosistem dan biodiversitas perairan juga berubah serta menimbulkan bau busuk dan busa di permukaan dari adanya blooming sehingga merusak tampilan perairan. Pada manusia, terdapat resiko adanya keracunan dari kerang. Hal ini juga membahayakan biota dan makhluk hidup di sekitar perairan.

Proses terjadinya eutrofikasi

Eutrofikasi dimulai ketika aliran air membawa banyak nutrisi seperti fosfor. Nutrisi ini akan memicu pertumbuhan alga secara berlebihan. Pertumbuhan berlebih ini dapat menghalangi masuknya sinar matahari sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman air dan mengakibatkan lapisan di bawahnya tenggelam dan mati. Alga ini akan membentuk biomassa yang pada akhirnya akan mengalami degradasi dan masuk ke dalam perairan bersama bahan organik lainnya. Alga yang mati ini harus dihancurkan oleh mikroorganisme, sehingga dibutuhkan banyak oksigen. Dampaknya, area di dasar menjadi area bebas oksigen dan hanya organisme yang mampu hidup tanpa oksigen yang dapat hidup. Mikroorganisme ini dapat menguraikan zat organik tanpa bantuan oksigen, namun melepaskan senyawa beracun seperti amonia dan H2S. Tidak adanya oksigen ini akan mengganggu kehidupan biota di perairan. Hal ini terjadi apabila laju degradasi alga lebih besar dari pada regenerasi oksigen. Eutrofikasi menimbulkan adanya kematian massal dan dekomposisi besar-besaran. Hal ini mengakibatkan perubahan komposisi ekositem lingkungan dan keanekaragaman spesies alga dominan.

Ciri-ciri eutrofikasi

Suatu perairan mengalami eutrofikasi dicirikan dengan:

  • Warna air yang berubah menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhan meningkat
  • Tumbuh banyak eceng gondok karena fosfat dan nitrat berlebih
  • Kadar oksigen terlarut rendah hingga nol
  • Meningkatnya fosfor dan nitrogen
  • Meningkatnya bahan organik

Pencegahan dan Penanganan  eutrofikasi

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemantauan pertumbuhan alga, kualitas air, oksigen, klorofil, BOD, COD. Eutrofikasi dapat diatasi dengan hal-hal berikut ini:

  • Sosialisasi masyarakat untuk mengurangi limbah rumah tangga
  • Pengurangan pupuk fosfat pertanian
  • Meningkatkan DO dalam air
  • Mengurangi nutrien dan sedimen yang masuk ke air
  • Untuk jangka panjang, dapat dilakukan pendlaman danau dan pengambilan sedimen dasar danau
  • Pembatasan erosi dan limpasan permukaan dengan mengendalikan penggunaan pupuk P dan N

 

Referensi

Indrawan, M., R.B. Primack, J. Supriatna. 2012. Biologi Konservasi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta

Pranoto & Heraldy, E. 2022. Kimia Air. PT. Bumi Aksara: Jakarta Timur

Sarkar, S. K. (2018). Algal Blooms: Basic Concepts. Marine Algal Bloom: Characteristics, Causes and Climate Change Impacts, 1–52. doi:10.1007/978-981-10-8261-0_1 

Suswana, S. 2023. Konservasi Tanah dan Air untuk Pertanian Berkelanjutan. Uwais Inspirasi Indonesia.

Tarigan, R. 1999. Eutrofikasi dan problematikanya.

Most Popular

To Top