Nama
lain: Mucophilosis [1]
lain: Mucophilosis [1]
Etiologi/
penyebab
penyebab
Bermacam-macam,
namun secara patologi gambarannya serupa baik di ikan air tawar maupun laut
[3]. Organisme chlamidya dipercaya menjadi penyebab epitheliocystis [2].
Organisme ini intraseluler, gram negatif, 16R rRNA, bedimeter 0,2-1,2um [3]. Terdapat
enam famili dari filum Clamidya yang menjelaskan penyebab epitheliocystis pada
ikan yaitu Ca. Piscichlamydiaceae, Ca. Clavichamydiaceae, Ca.
Parilichamydiaceae, Parachlamydiaceae, Simkaniaceae dan Rhabdochlamydiaceae.
Yang menarik pada epitheliocystis adalah
namun secara patologi gambarannya serupa baik di ikan air tawar maupun laut
[3]. Organisme chlamidya dipercaya menjadi penyebab epitheliocystis [2].
Organisme ini intraseluler, gram negatif, 16R rRNA, bedimeter 0,2-1,2um [3]. Terdapat
enam famili dari filum Clamidya yang menjelaskan penyebab epitheliocystis pada
ikan yaitu Ca. Piscichlamydiaceae, Ca. Clavichamydiaceae, Ca.
Parilichamydiaceae, Parachlamydiaceae, Simkaniaceae dan Rhabdochlamydiaceae.
Yang menarik pada epitheliocystis adalah
dalam publikasi terbaru disebutkan
bahwa β-proteobakteria dan γ- proteobakteria turut terlibat. γ-
proteobakteria patogenik dari genus endozoicomonas dapat menyebabkan
epitheliocystis. Beberapa jenis β-proteobakteria yang berkaitan dengan
epitheliocystis antara lain Candidatus Branchiomonas cysticola yang terdeteksi pada kista ikan
Atlantic Salmon, Ca. B. cysticola dan Ca. Piscichlamydia pada ikan salmon air
laut yang dibudidayakan, Ca. Ichthyocystis hellenicum dan Ca. Ichthyocystis sparus pada ikan gilthed
seabream [5]
Hospes
Lebih
dari 90 spesies ikan air tawar dan laut pada 14 negara dapat terinfeksi oleh
epitheliocystis [4,5]. Patogen ini berkaitan dengan kematian pada ikan white
sturgeon, common grey mullet, grey liza mullet, striped bass, Australian bass,
pacu, largemouth bass, bartail fl athead, gilthead sea bream, red sea bream,
common carp, Atlantic salmon, rainbow trout, lake trout, yellowtail kingfi sh,
yellowtail, dan amberjack [1]
dari 90 spesies ikan air tawar dan laut pada 14 negara dapat terinfeksi oleh
epitheliocystis [4,5]. Patogen ini berkaitan dengan kematian pada ikan white
sturgeon, common grey mullet, grey liza mullet, striped bass, Australian bass,
pacu, largemouth bass, bartail fl athead, gilthead sea bream, red sea bream,
common carp, Atlantic salmon, rainbow trout, lake trout, yellowtail kingfi sh,
yellowtail, dan amberjack [1]
Stadium
rentan
rentan
Ikan juvenil pada masa pembesaran memiliki
tingkat kematian yang lebih tinggi [2]
tingkat kematian yang lebih tinggi [2]
Epizootiologi
Istilah
epitheliocystis yang awalnya disebut sebagai mucophilosis teramati pada ikan
mas [4]. Selanjutnya pada tahuan 1969 baru dideskripsikan sebagai
epitheliocytis yang terjadi pada ikan bluegill [5]. Penularannya
sangat terbatas pada spesies ataupun famili yang sama [1]. Umumnya infeksi akan
muncul 3-4 minggu pada hewan percobaan [3]. Penularan secara horizontal berasal dari ikan
yang terinfeksi sebagai reservoir. Translokasi atau aktifitas penebaran ikan
mungkin berkontribusi terhadap penularan. Penularan secara vertikal diduga
terjadi pada ikan kakap putih dari benih ke tokolan. Lingkungan sebagai
reservoid juga menjelaskan mengapa ikan kingfish dapat terinfeksi pada beberapa
musim. Epitheliocystis diduga memiliki vektor yang potensial seperti
invertebrata maupun amuba meskipun belum sepenuhnya dibuktikan [5]. Dalam
jumlah sedikit, epitheliocystis mungkin saja kebetulan ditemukan. Namun dalam
jumlah banyak, tentunya berkaitan dengan kematian [1]. Epitheliocystis
sebenarnya tidak berbahaya namun mortalitas yang tinggi dapat terjadi terutama
pada benih ikan [3]. Mortalitas dapat berada dikisaran 4-100%, dan sebagian
besar terjadi pada ikan budidaya dibandingkan ikan liar [4].
epitheliocystis yang awalnya disebut sebagai mucophilosis teramati pada ikan
mas [4]. Selanjutnya pada tahuan 1969 baru dideskripsikan sebagai
epitheliocytis yang terjadi pada ikan bluegill [5]. Penularannya
sangat terbatas pada spesies ataupun famili yang sama [1]. Umumnya infeksi akan
muncul 3-4 minggu pada hewan percobaan [3]. Penularan secara horizontal berasal dari ikan
yang terinfeksi sebagai reservoir. Translokasi atau aktifitas penebaran ikan
mungkin berkontribusi terhadap penularan. Penularan secara vertikal diduga
terjadi pada ikan kakap putih dari benih ke tokolan. Lingkungan sebagai
reservoid juga menjelaskan mengapa ikan kingfish dapat terinfeksi pada beberapa
musim. Epitheliocystis diduga memiliki vektor yang potensial seperti
invertebrata maupun amuba meskipun belum sepenuhnya dibuktikan [5]. Dalam
jumlah sedikit, epitheliocystis mungkin saja kebetulan ditemukan. Namun dalam
jumlah banyak, tentunya berkaitan dengan kematian [1]. Epitheliocystis
sebenarnya tidak berbahaya namun mortalitas yang tinggi dapat terjadi terutama
pada benih ikan [3]. Mortalitas dapat berada dikisaran 4-100%, dan sebagian
besar terjadi pada ikan budidaya dibandingkan ikan liar [4].
Siklus
Hidup
Hidup
Tidak diketahui [1]. Arkush et al (2011) merangkum
beberapa studi mengenai siklus hidup epitheiliocystis yang terbagi menjadi dua.
Siklus pertama dicirikan dengan pergantian antara badan elementary infeksius
non replikasi dan replikasi badan reticulatus non infeksius. Pada siklus ini,
infeksi ditandai dengan perlekatan badan elementary pada sel hospes. Begitu
badan tersebut masuk ke dalam sel, terjadi germinasi dan berubah menjadi bentuk
reticulatus yang di dalamnya terdapat vesikel endocytic. Setelah membelah,
organisme menjadi badan elementary dan lepas dari sel tubuh melalui
eksositosis. Pada siklus kedua, stadium vegetatif intraseluler diidentifikasi
sebagai sel primer dan intermediet pajang dimana yang infektof berbentuk lebih
kecil. Siklus hidupnya bergantung pada kondisi ikan, lingkungan, dan tipe sel
yang terinfeksi [3].
beberapa studi mengenai siklus hidup epitheiliocystis yang terbagi menjadi dua.
Siklus pertama dicirikan dengan pergantian antara badan elementary infeksius
non replikasi dan replikasi badan reticulatus non infeksius. Pada siklus ini,
infeksi ditandai dengan perlekatan badan elementary pada sel hospes. Begitu
badan tersebut masuk ke dalam sel, terjadi germinasi dan berubah menjadi bentuk
reticulatus yang di dalamnya terdapat vesikel endocytic. Setelah membelah,
organisme menjadi badan elementary dan lepas dari sel tubuh melalui
eksositosis. Pada siklus kedua, stadium vegetatif intraseluler diidentifikasi
sebagai sel primer dan intermediet pajang dimana yang infektof berbentuk lebih
kecil. Siklus hidupnya bergantung pada kondisi ikan, lingkungan, dan tipe sel
yang terinfeksi [3].
Faktor
pendukung
pendukung
Beberapa studi menyatakan bahwa infeksi
epitheliocystis kerap terjadi pada musim panas ketika suhu tinggi. Namun
adapula studi yang menyatakan bahwa perkembangan epitheliocystis dari kronis ke
proliferatif terjadi pada suhu rendah. Umur sepertinya tidak berpengaruh pada
infeksi ini [3]. Ikan budidaya tampaknya memiliki prevalensi yang lebih besar
untuk mengalami epitheliocystis dibandingkan ikan liar. Kondisi budidaya dapat
memperburuk epitheliocystis karena peningkatan kepadatan ikan, adanya nutrien
dan / stress [4]
epitheliocystis kerap terjadi pada musim panas ketika suhu tinggi. Namun
adapula studi yang menyatakan bahwa perkembangan epitheliocystis dari kronis ke
proliferatif terjadi pada suhu rendah. Umur sepertinya tidak berpengaruh pada
infeksi ini [3]. Ikan budidaya tampaknya memiliki prevalensi yang lebih besar
untuk mengalami epitheliocystis dibandingkan ikan liar. Kondisi budidaya dapat
memperburuk epitheliocystis karena peningkatan kepadatan ikan, adanya nutrien
dan / stress [4]
Gejala
Klinis
Klinis
Target utama dari epitheliocystis adalah
kulit,(terkadang) insang, dan pseudobranchia. Lesi berupa nodul berwarna putih dengan
diameter 0,8-<1mm pada insang atau kulit [1,2]. Lesi ini merupakan kondisi
epitel insang atau kulit yang mengalami proliferasi [2]. Infeksi pada insang
akan menyebabkan ikan sulit bernafas dan operculum terbuka [3]. Epitheliocystis
juga dapat berdampak pada osmoregulasi, meningkatkan serum osmolalitas seperti
yang teramati pada striped trumpeter [5]
kulit,(terkadang) insang, dan pseudobranchia. Lesi berupa nodul berwarna putih dengan
diameter 0,8-<1mm pada insang atau kulit [1,2]. Lesi ini merupakan kondisi
epitel insang atau kulit yang mengalami proliferasi [2]. Infeksi pada insang
akan menyebabkan ikan sulit bernafas dan operculum terbuka [3]. Epitheliocystis
juga dapat berdampak pada osmoregulasi, meningkatkan serum osmolalitas seperti
yang teramati pada striped trumpeter [5]
Perubahan
patologi
patologi
Pada
epitheliocystis tubuh ikan merespon dari tanpa reaksi hingga hiperplasia pada
insang. Pada infeksi ringan respon yang terlihat hanya peradangan sekitar. Pada
sel yang terinfeksi, umumnya akan mengalami pembengkakan hingga diameter
20-400mm dengan tepi berupa epitel squamus atau kuboid[1,2]. Pembengkakan ini
berupa kista yang secara makroskopis
berwarna transparan putih hingga
kuning [3]. Secara mikroskopis kista berbentuk bulat dibatasi dengan kapsul
hyalin eosinofilik yang tersusun dari sista-sisa membran sel dan sitoplasma
yang masih tertahan [4]. Pada insang, semua jenis sel bisa terinfeki termasuk,
sel mukus, sel pillar, sel klorida dan
sel goblet. Sitoplasma yang hipertrofi berada di tepi, bergranula, tercat
basofilik, fan banyak sekali badan inklusi berbentuk kokus atau kokobasil. Pada
kulit, secara histopatologi mirip dengan limphocystis namun dapat dibedakan dengan
infeksi pada fibroblast dermis diman terdapat inklusi ireguler dan nukleus yang
tidak berubah [1,2]. Infeksi pada kulit sangat jarang.
epitheliocystis tubuh ikan merespon dari tanpa reaksi hingga hiperplasia pada
insang. Pada infeksi ringan respon yang terlihat hanya peradangan sekitar. Pada
sel yang terinfeksi, umumnya akan mengalami pembengkakan hingga diameter
20-400mm dengan tepi berupa epitel squamus atau kuboid[1,2]. Pembengkakan ini
berupa kista yang secara makroskopis
berwarna transparan putih hingga
kuning [3]. Secara mikroskopis kista berbentuk bulat dibatasi dengan kapsul
hyalin eosinofilik yang tersusun dari sista-sisa membran sel dan sitoplasma
yang masih tertahan [4]. Pada insang, semua jenis sel bisa terinfeki termasuk,
sel mukus, sel pillar, sel klorida dan
sel goblet. Sitoplasma yang hipertrofi berada di tepi, bergranula, tercat
basofilik, fan banyak sekali badan inklusi berbentuk kokus atau kokobasil. Pada
kulit, secara histopatologi mirip dengan limphocystis namun dapat dibedakan dengan
infeksi pada fibroblast dermis diman terdapat inklusi ireguler dan nukleus yang
tidak berubah [1,2]. Infeksi pada kulit sangat jarang.
Gb. Epitheliocystis secara histologi (picture credit to Blanford, 2018) |
Diagnosa banding
Epitheliocystis
memiliki gambaran serupa dengan Ichthyophthirius
multifiliis, limphocystis, dan lesi kulit nodular. Meskipun serupa, namun
pada histopatologi lesinya akan mudah dibedakan. Disamping itu, epitheliocystis
dapat menyerang ikan mas, salmon, dan catfish, yang tidak terjadi pada lymphocystis
[1]
memiliki gambaran serupa dengan Ichthyophthirius
multifiliis, limphocystis, dan lesi kulit nodular. Meskipun serupa, namun
pada histopatologi lesinya akan mudah dibedakan. Disamping itu, epitheliocystis
dapat menyerang ikan mas, salmon, dan catfish, yang tidak terjadi pada lymphocystis
[1]
Metode
Diagnosa
Diagnosa
Diagnosa sedehana dapat dilakukan dengan wet
mount dimana terdapat sel epitel yang membesar baik pada insang maupun kulit.
Hal yang serupa juga akan teramati pada pengamatan histopatologi [1]. Secara
makroskopis kista terlihat seperti nodul kuning pada insang atau kulit [3].
mount dimana terdapat sel epitel yang membesar baik pada insang maupun kulit.
Hal yang serupa juga akan teramati pada pengamatan histopatologi [1]. Secara
makroskopis kista terlihat seperti nodul kuning pada insang atau kulit [3].
Gb. Epitheliocystis pada Threadfin shad (figure credit to Dr Andy Goodwin) |
Pencegahan
dan Pengendalian
dan Pengendalian
Pengendalian
dapat dilakukan dengan oksitetrasiklin oral [1]. Dosis yang direkomendasikan
adalah 25mg/l bahan aktif dua kali sehari selama 3 hari. Pengembangan vaksinasi
sepertinya tidak mungkin dilakukan. DIsamping infeksinya tidak berbahaya, agen
patogen ini belum dapat diisolasi maupun dikultur [3]. Iradiasi ultraviolet sumber air dapat
mengontrol outbreak pada amberjack dan
leopard coral grouper [1,4]. Beberapa
percobaan terkait pengobatan epitheliocystis pernah dilakukan pada juvenil ikan
nil yaitu formalin (30ppm), garam (2ppt), benzalkonium klorida (2ppm),
potassium permanganat (4ppm), dan pergantian air. Berdasarkan studi tersebut,
semua perlakuan mampu mengurangi kista, namun pergantian air dan benzalkonium
klorida merupakan perlakuan terbaik dengan sedikit kematian [5]
dapat dilakukan dengan oksitetrasiklin oral [1]. Dosis yang direkomendasikan
adalah 25mg/l bahan aktif dua kali sehari selama 3 hari. Pengembangan vaksinasi
sepertinya tidak mungkin dilakukan. DIsamping infeksinya tidak berbahaya, agen
patogen ini belum dapat diisolasi maupun dikultur [3]. Iradiasi ultraviolet sumber air dapat
mengontrol outbreak pada amberjack dan
leopard coral grouper [1,4]. Beberapa
percobaan terkait pengobatan epitheliocystis pernah dilakukan pada juvenil ikan
nil yaitu formalin (30ppm), garam (2ppt), benzalkonium klorida (2ppm),
potassium permanganat (4ppm), dan pergantian air. Berdasarkan studi tersebut,
semua perlakuan mampu mengurangi kista, namun pergantian air dan benzalkonium
klorida merupakan perlakuan terbaik dengan sedikit kematian [5]
Bahan bacaan
1. Noga, E J. 2010. Fish disease :
diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
2. Roberts, R.J (Ed). Fish
Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
3. Arkush, K.D. dan Bartholomew,
J.L. Chapter 8: Piscirickettsia, Francisella and Epitheliocystis. Dalam Woo,
P.K. dan Bruno, D.W. (Ed).2011. Fish Diseases and Disorders, Volume 3: Viral,
Bacterial and Fungal Infections, 2nd Edition. CABI international: UK
J.L. Chapter 8: Piscirickettsia, Francisella and Epitheliocystis. Dalam Woo,
P.K. dan Bruno, D.W. (Ed).2011. Fish Diseases and Disorders, Volume 3: Viral,
Bacterial and Fungal Infections, 2nd Edition. CABI international: UK
4. Nowak, B.F. dan LaPatra, S.E.
2006. Epitheliocystis in Fish. Journal of Fish Diseases 29: 573–588
2006. Epitheliocystis in Fish. Journal of Fish Diseases 29: 573–588
5. Blanford, M.A., A.
Taylor-Brown., T. A. Schlacher., B. Nowak., A. Polkinghorne. 2018.
Epitheliocystis in fish: An emerging aquaculture disease with a global impact. Transbound
Emerg Dis:1–11.
Taylor-Brown., T. A. Schlacher., B. Nowak., A. Polkinghorne. 2018.
Epitheliocystis in fish: An emerging aquaculture disease with a global impact. Transbound
Emerg Dis:1–11.