Defisiensi thiamin

Defisiensi thiamin (Vitamin B1) pada ikan

Nama lain
Thiamin Deficiency
Complex (TDC) [5], kekurangan vitamin B1

Etiologi/ penyebab:

Defisiensi atau
kekurangan vitamin B1 (thiamin). Beberapa jenis ikan yang masuk kelompok sarden
atau anchovy (sejenis ikan teri), ikan cyprinid, cluepids, dan beberapa jenis
kerang memiliki enzim yang mendegradasi thiamin (thiaminase) yang ada dalam
tubuhnya sendiri. Kurangnya vitamin B1 dapat terjadi jika jenis ikan tersebut
digunakan sebagai pakan untuk jangka panjang [1,2].

Terjadinya defisiensi  thiamin juga dapat disebabkan oleh penurunan
produksi thiamin atau peningkatan kebutuhan thiamin melalui berbagai sistem
akuatik [5]. Rendahnya konsentrasi antioksidan pada ikan salmon seperti
astaxanthin dan vitamin E berkaitan dengan defisiensi thiamin [5]

Hospes 
indukan kerapu tikus Chromileptes altivelis [1], salmon,
channel catfish, Japanese eel, Japanese parrotfish, ikan mas, red seabream,
turbot. Dapat terjadi baik ikan air tawar maupun laut [2,3].

Stadium rentan

Epizootiologi:

Penyakit ini merupakan penyakit
nutrisi dan tidak bersifat menular [1]. Kurangnya kadar thiamin dapat
mengakibatkan kematian yang tinggi di masa awal kehidupan dan berdampak pada
turunnya populasi [4]. Adanya defisiensi thiamin pertama kali didokumentasikan
pada ikan salmon yang hidup di danau Laurentian Great pada tahun 1968 dan Laut
Baltik pada tahun 1974. Namun demikian, awalnya gejala klinisnya tidak disebut
sebagai defisiensi thiamin hingga satu decade kemudian [5].

Faktor pendukung

Perubahan faktor lingkungan abiotik seperti kecukupan cahaya, suhu, dan
salinitas mempengaruhi kadar thiamin dari beberapa fitoplankton yang mampu
mensintesis thiamin [5].

Gejala Klinis

Pada ikan kerapu, penyakit
ini ditandai dengan perubahan warna tubuh menjadi keputih-putihan, gerakan yang
tidak teratur, muncul lesi mekanik dengan hemoragi pada permukaan tubuh
terutama di sekitar mulut, sirip pektoralis, dan abdomen [1]. Pada Japanese
eels, disamping gejalan neurologis, juga teramati lesi hemoragi subcutaneous dan
kongesti sirip [3]. Pada ikan finfish secara umum, gejala klinisnya meliputi
atrofi otot, katarak, konvulsi, perubahan warna kulit tubuh, edema, kehilangan
keseimbangan, letargi, berenang seperti sekrup, tanpa koorfinasi [4,5]. Pada
ikan salmon, perubahan perilaku akibat defisiensi thiamin relative seragam. Otak
mengalami hidrocefalus, kongesti vaskuler, berkurangnya efisiensi konversi
yolksac serta tingginya opasitas, edema, dan hemoragi yolksac berkaitan dengn
defisiensi thiamin [5].

Dampak defisiensi thiamin

Pada benih, defisiensi thiamin tidak
dapat diatasi karena ketidakmampuan mencari makan, kecuali pakan disediakan.
Lambatnya pertumbuhan pada benih akibat defisiensi thiamin dapat berpengaruh
pada kelangsunganhidup benih. Efek subletal defisiensi thiamin pada salmon
atlantik dapat menurunkan kesehatan populasi yang terdampak,  mengakibatkan perubahan morofologi tubuh dan
pigmentasi, menurunkan performa berenang [5]

Perubahan patologi

Pada otak secara
histopatologi akan teramati hemoragi dan degenerasi nucleus sel syaraf pada
area periventricular [1,2].

Dampak

Kekurangan thiamin dapat
mengganggu fungsi syaraf, pencernaan, dan reproduksi. Sebagaimana diketahui,
vitamin ini merupakan koenzim dari berbagai enzim pengkatalisis metabolism
karbohidrat [1].

Diagnosa banding


Metode Diagnosa

Diagnosa dapat dilakukan secara histopatologi dimana ditemukan lesi pada
otak [1].

Pencegahan dan
Pengendalian

Upaya
pencegahan pada ikan yang diberi pakan berupa ikan rucah adalah dengan tidak memperpanjang pemberian pakan menggunakan
ikan sarden atau anchovy. Pakan sebaiknya dicampur dan diberikan suplementasi
multivitamin [1]. Beberapa metode diantaranya adalah perendaman telur yang
telah dibuahi dengan larutan thiamin saat proses pengerasan. Perendaman pada
ikan salmon dengan konsentrasi 1% thiamine hydrochloride  pada ikan salmon Atlantik saat terjadi
pengerasan air ketika telur dapat mengabsorbsi air sebelum mengeras. Pada
benih, defisiensi thiamin ditasi dengan injeksi thiamin yolksac atau perendaman
1% thiamine hydrochloride selama 1 jam. Pada ikan coho salmon yang akan
dipijahkan, injeksi thiamin hydrochloride sebanyak 50mg/kg , 1  bulan sebelum memijah dapat menghasilkan 28
kali lipat peningkatan total thiamin telur dibandingkan yang tidak diberi sama
sekali[5].



Bahan Bacaan

  1. Noga,
    E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell
    Publishing
  2. Roberts, R.J (Ed). Fish
    Pathology 4th Ed.
    Wiley-Blackwell: UK
  3. Shiau, S.Y. dan Lin,
    Y.H. 2015. Chapter 6: Vitamins (excluding C and E) dalam Lee, C.S., C. Lim,
    D.M. Gatlin III, C.D. Webster (ed). 2015. Dietary Nutrient and Fish Health.
    Wiley-Blackwell: New Jersey
  4. Cho, C.Y. 8:  Nutrition and fish health.
  5. Harder, A.M., W.R.
    Ardren, A.N. Evans, M.H. Futia, C.E. Kraft, J.E. Marsden, C.A. Richter, J.
    Rinchard, D.E Tillitt, M.R. Christie. 2018. Thiamine deficiency in fishes:
    causes, consequences, and potential solutions. Rev Fish Biol Fisheries 28:865–886

Most Popular

To Top