Achyla

Branchiomycosis pada ikan

Nama lain:  Gill rot, European gill rot, putrefaction of gill, infeksi branchiomyces

Etiologi/ penyebab
Jamur Branchiomyces sp, termasuk dalam Oomycetes bersama Saprolegnia dan Achlya [10]. Terdapat 2 jenis sp., yakni yang hidup di seluruh insang dan yang berada di kapiler lamella primer [1].  Dua jenis Branchiomyces yang menyerang pada ikan yakni B. sanguinis dan B. demigrans, keduanya dapat dibedakan dari strukturnya. B. sanguinis berlokasi pada pembuluh darah archis dan lamella insang, hifanya berdiameter 8-12µm dengan ketebalan 0,2µm dan diameter spora 5-9µm. Sedangkan B. Demigrans mampu mempenetrasi pembuluh darah lamella insang dan menyebar di permukaannya. Diameternya 13-14µm, dengan ketebalan 0,5-0,7µm dan diameter spora 12-17µm.

Hospes
Penyakit ini paling banyak menyerang kelompok ikan air tawar seperti cyprinids [1]. Branchiomycosis juga dapat dibagi menjadi branchiomycosis pada karper, crucian carp, stickleback (disebabkan oleh B. sanguinis) dan branchiomycosis pada pike dan tench (disebabkan oleh B. demigrans) [2]. Branchiomycosis juga dilaporkan pada ikan Kelompok Anguillidae, Salmonidae, Ictaluridae, Siluridae, Cobitidae, Percidae, Channidae, dll [8].

Stadiµm rentan
Selain pada ikan dewasa, Branchiomycosis dilaporkan terjadi pada benih dan tokolan hingga ikan berusia 2 bulan[8, 13].

Epizootiologi
Laporan pertama infeksi Branchiomyces berasal dari Eropa dan Taiwan [8]. Penyakit ini sudah dilaporkan hingga Asia, Timur tengah, Australia, dan Amerika Utara [12]. Penyebaran penyakit bersifat horizontal melalui pergerakan ikan di air [7]. Tingkat kematian Branchiomycosis mencapai 50% dalam 3-4 hari [1]. Pada ikan nila hibrida, kematian dapat mencapai 80%. Jamur akan berkembang 2-4 hari pada konsidi ideal [5]. Morbiditas dapat mencapai 50% [10]. Ikan yang terinfeksi rentan terhadap infeksi sekunder bakteri atau virus [13].

Siklus Hidup
Pada tubuh ikan, hifa akan berproliferasi. Sporulasi dimulai dengan hifa yang berkembang menjadi plasmodia bernukleus. Stadiµm akhir pembelahan menjadi sporont yang berisi spora. Spora dilepaskan oleh jaringan nekrosis ke air [5].

Faktor pendukung
Jamur ini mudha menyerang ketika suhu air menghangat (lebih dari 20oC) dan permukaan air tertutup oleh lµmut [1,2]. Kepadatan yang tinggi dengan bahan organik dan amonia yang tinggi dapat memicu terjadinya branchiomysosis [4]. Kadar oksigen yang rendah dan pH rendah (5,8-6,5) ideal untuk berkembangnya infeksi jamur ini [5]. Laporan lain menyebutkan bahwa kejadian branchiomycosis berkaitan dengan peternakan bebek yang intensif atau penggunaan pupuk fosfor yang berlebihan [7].

Gejala Klinis
Insang akan mengalami kerusakan, berwarna merah, putih, hingga coklat bergantung pada tingkat nekrosisnya [5]. Insang ikan yang terinfeksi berat oleh jamur ini akan berwarna merah-coklat hingga menimbulkan ”lubang” pada archus [1]. Pada infeksi awal, insang terlihat belang, sebagian berwarna merah karena adanya sµmbatan darah, sebagian lagi pucat akibat kehilangan aliran darah (thrombosis dan ischemia). Kasus subakut berlangsung lebih lama, hingga 1-2 minggu. Pada kasus kronis lamella insang menjadi lebih tebal dan pertµmbuhan melambat [7]. Ikan yang terinfeksi juga akan mengalami anoreksia, lemah, dan gangguan nafas [9].  Pada ikan dengan gangguan pernafasan, ikan terlihat berenang vertikal, berada di permukaan, atau berkµmpul di sµmber air dengan gerakan operculµm yang meningkat serta mati dengan posisi mulut terbuka [12].
Gb. Lesi nekrosis oleh Branchiomycosis pada insang (Smith, 2019)

Perubahan patologi
Pada awal infeksi, terlihat garis-garis merah pada lamella. Gambaran garis mengindikasikan adanya sumbatan (Thrombus) oleh hifa pada pembuluh darah. Selanjutnya garis ini berwarna kelabu kotor. Insang akan mengalami nekrosis pada fase lanjutan [1,2].  Insang akan mengalami fusi [3]. Secara histopatologi, hifa akan terlihat tidak bersepta dengan intrahyphal eosinophilic round body (apleospores) di sekitar pembuluh darah insang [4]. Pada infeksi berat, lamella mengalami degenerasi dengan sisa nekrosis pseudofungus. Infeksi bakteri sekunder akan mudah masuk pada fase ini [5]. Baik B. sanguinis dan B. demigrans akan menimbulkan gejala yang serupa. Namun demikian, pada B. demigrans yang dapat mempenetrasi pembuluh darah dapat menimbulkan reaksi berupa massa hifa [8].
Gb. Hifa dan spora ikan yang terinfeksi Branchiomyces berwarna merah
pada perwarnaan PAS (by Fredmeyer)

Patogenesis
Spora jamur akan masuk melalui insang, berproliferasi di pembuluh darah insang. Pada kasus perakut, proliferasi akan mengakibatkan sumbatan pembuluh darah dan ikan akan mati akibat gangguan pernafasan. Pada kasus akut, proses nekrosis insang akan terjadi, sumbatan pembuluh darah tidak banyak terjadi. Akan tetapi jika oksigen turun, ikan akan mengalami mati massal. Pada kasus kronis, bagian insang yang nekrosis menyebar dan terjadi proses regenerasi seperti hiperplasia. Mode infeksi juga dapat melalui peroral [2].

Diagnosa banding
Penyakit yang serupa dengan branchiomycosis adalah sanguinicolosis,  branchionecrosis dan intoksikasi [2]. Gejala klinis berupa massa putih dapat menyerupai dengan Saprolegnia [6]. 

Metode Diagnosa
Diagnosa branchiomycosis dapat dilakukan dengan pengamatan mikroskopis untuk membedakan kedua jenis Branchiomyces. Pemeriksaan dapat dilakukan pada ikan hidup maupun mati segar. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan penµmbuhan jamur pada media Sabouraud’s pada suhu 25-32oC [1,5,9]. Infeksi subklinis dapat terdeteksi dengan histopatologi dimana hifa ditemukan pada pembuluh darah ikan terinfeksi [6]. Hifa dari Branchiomyces pada jaringan spesifik bersporula (aplanosporea), bercabang, tidak bersepta [8]. Pewarnaan khusus histopatologi dengan PAS atau silver nitrat juga dapat dilakukan. Metode serologi atau molekuler belum mampu mengidentifikasi dari isolat [12].
Gb. Hifa Branchiomyces sp. dengan pewarnaan iodin (Ibrahim, 2011)

Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan branchiomycosis dapat dilakukan dengan menurunkan suhu air dan blooming alga dengan meningkatkan debit air dan mengurangi lµmut  [1]. Kepadatan ikan harus dikurangi untuk menjaga kualitas air [7]. Kolam harus dikerikan dan didisinfeksi dengan pengapuran takaran 50kg/ha atau klorinasi 15kg/ha [3,11]. Ikan juga dapat direndam dengan larutan garam 3-5% atau kuprisulfat 100ppm selama 10-30 menit. Jika terjadi outbreak, pemberian pakan  harus dihentikan [3,9,10,11]. Untuk ikan yang mati, sebaiknya dikubur atau dibakar. Ikan yang berhasil bertahan akan menjadi karier dan tidak diperbolehkan bercampur dengan ikan baru ataupun ditransportasikan [5]. Sanitasi dan disinfeksi sangat disarankan untuk mengendalikan penyakit ini [9].

Referensi

  1. Schlotffeldt, H.J. Alderman, D.J. , F Baudin-Laurencin., E.M Bernoth., D.W. Bruno., W. Daelman, E. Lorenzen, K.Thorut. 1995. WHAT Should I Do: A Practical Guide For The Fresh Water Fish Farmer. European Association Of Fish Pathologist
  2. Svobodova, Z. dan Vykusova, B. 1991. Diagnostics, Prevention And Therapy Of Fish Diseases And Intoxications. Research Institute of Fish Culture and Hydrobiology, Vodšany
  3. Sahoo, S.K., R. Kumar, P.K. Tiwari, B.R. Pillai, S.S. Giri (Eds). 2018. Training manual on Mass breeding and culture technique of catfish. SAARC Agriculture Center, Dhaka Bangladesh
  4. Moeller, R.B. 2001. Disease of fish. UCDavis
  5. Woo, P.T.K., D.W. Bruno, L.H. Susan Lim (Ed). 2002. Diseases and Disorders of Finfish in Cage Culture. CABInternational: Wallingford
  6. Hoole, D., D. Bucke, P.Burgess., I Wellby. 2001. Diseases of Carp and Other Cyprinid Fishes Blackwell Science: Great Britain
  7. Molnár, K., Székely, C. and Láng, M. 2019. Field guide to the control of warmwater fish diseases in Central and Eastern Europe, the Caucasus and Central Asia. FAO Fisheries and Aquaculture Circular No.1182. Ankara, FAO. 124 pp. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO
  8. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
  9. Smith, S.A (Ed). 2019. Fish Disease and Medicine. CRC Press: Boca Raton
  10. Roberts, R.J (Ed). Fish Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
  11. Lio-Po, G.D., C.R. Lavilla E.R. Cruz-Lacierda (Ed). 2001. Health Management in Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department: Iloilo
  12. Goodwin, A.E. 2012. 2.1 Branchiomycosis
  13. R.M., D.J. Wise, J.S. Terhune. 2003. Saprolegniasis (Winter Fungus) and Branchiomycosis of Commercially Cultured Channel Catfish. SRAC Publication No. 4700

Most Popular

To Top